"Kita tidak hanya konsentrasi pada ancaman yang sifatnya konvensional, perang terbuka memang dapat terjadi, namun perang terbuka semakin dihindari karena menguras tenaga dan makan korban yang sangat besar," katanya, di Magelang, Kamis.
Ia menyampaikan hal tersebut pada prasetya perwira prajurit karier TNI tahun anggaran 2019, di Lapangan Sapta Marga Akmil Magelang yang diikuti 169 PK terdiri atas matra darat 81 orang, matra laut 40 orang, dan matra udara 48 orang.
Dia menuturkan dewasa ini perang nonkonvensional, ancaman cyber, ancaman kesenjangan semua itu dipengaruhi kemajuan teknologi yang semakin pesat terlebih dengan perkembangan kecerdasan buatan yang dapat mempercepat pencapaian teknologi-teknologi terbaru masa depan.
Ia mengatakan bila sebelumnya antara Revolusi Industri terdapat jeda waktu hampir 100 tahun, loncatan Revolusi Industri 4.0 menuju Revolusi Industri Kelima dapat terjadi dalam waktu yang jauh lebih singkat.
"Perubahan ini tentu berpengaruh terhadap dunia kemiliteran, teknik serta strategi peperangan akan turut berevolusi. Serangan cyber akan menjadi serangan pendahuluan sebelum senjata genetik digunakan, demikian juga dengan penerapan teknologi nano nantinya, revolusi dalam dunia kemiliteran tersebut harus menjadi perhatian kita semua, TNI tentu saja harus dapat beradaptasi dan meraih keunggulan teknologi," katanya lagi.
Baca juga: Panglima TNI lantik 169 Perwira Prajurit Karier TNI
Dia mengatakan langkah tersebut memang merupakan langkah yang cukup ambisius, namun TNI tidak memiliki pilihan selain menguasainya. Perubahan situasi global menuntut kemampuan adaptasi yang tinggi dari seluruh organisasi termasuk TNI.
Di samping itu, katanya Indonesia juga harus senantiasa mewaspadai bencana alam, letak geografis dan geologis mengharuskan kesiapan dan kesiagaan yang tinggi dalam mengantisipasi adanya bencana alam, artinya kemampuan penanggulangan bencana adalah sebuah keharusan bagi TNI.
Marsekal Hadi menyampaikan satu hal lagi yang harus diwaspadai adalah ancaman kesenjangan, dengan kemajuan teknologi, perubahan iklim serta perubahan struktur ekonomi, persaingan usaha dan sosial kemasyarakatan, adanya kesenjangan di tengah-tengah masyarakat Indonesia harus dapat ditekan.
"Bila kesenjangan semakin hebat, selain bertolak belakang dengan cita-cita nasional, kondisi ini juga rawan bagi stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya pula.
Ia mengatakan itulah sekelumit tantangan yang harus dihadapi, tantangan yang akan para perwira temui saat terjun di satuan-satuan dan di tengah-tengah masyarakat.
"Sebagai perwira memiliki tanggung jawab yang cukup berat tetapi mulia. Sebagai perwira dituntut tidak hanya memperhatikan anak buah, keluarganya, serta satuan tetapi juga masyarakat yang ada di sekeliling para perwira nantinya," katanya lagi.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019