Banjarmasin (ANTARA News) - Ketika membicarakan masyarakat Kalimantan, orang pasti mengenal bahasa Banjar karena bahasa daerah ini cukup banyak dipergunakan di sebagian masyarakat pulau tersebut juga di beberapa daerah di tanah air.
Bahasa Banjar ini banyak sekali berinduk dari bahasa Melayu, sementara bahasa Indonesia juga banyak mengadopsi bahasa melayu, sehingga bagi masyarakat tanah air tidak sulit untuk mempelajari bahasa Banjar ini karena kosa katanya memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Indonesa maupun bahasa Melayu.
Seorang pemerhati bahasa Banjar, Drs. Mukhlis Maman mengungkapkan bahwa bahasa Banjar yang dipakai hampir 99 persen penduduk propinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) diakuinya banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu. Tetapi juga dipengaruhi pula oleh bahasa Dayak.
Dengan pengaruh dua bahasa tersebut maka kalau ditinjau dari segi fonologi maupun morfologi, maka bahasa Banjar digolongkan pada dua karakter lingua, yaitu Banjar hulu dan banjar kuala, kata Mukhlis Maman yang juga dikenal sebagai komedian Kalsel itu di Banjarmasin, Rabu.
Menurutnya ketika menyampaikan makalah berjudul bahasa Banjar dalam Media Tradisional pada acara penyuluhan bahasa Banjar untuk kalangan pelajar fonologi bahasa Banjar hulu hanya mengenal tiga huruf vokal yaitu, a,i,u.
Sedangkan Banjar kuala terdapat enam huruf vokal yaitu a,i,u,e,o,dan e`, kanyanya dalam acara penyuluhan yang digelar Dinas Pariwisata dan Budaya Kalsel bekerjasama dengan Taman Budaya Banjarmasin tersebut.
Morfologi bahasa banjar hulu banyak sekali menggunakan kosa kata arkais yang sering digunakan oleh masyarakat adat etnik bukit, sedangkan Banjar kuala banyak menggunakan kata etnik melayu.
Ciri lain pengguna bahasa Banjar hulu adalah masyarakat yang menghuni dataran sedang dan perbukitan dan daerah perladangan, dengan dialektis agak kaku, pendek-pendek, keras dan cepat.
Sedangkan bahasa Banjar kuala adalah masyarakat yang menghuni tepian sungai, laut, muara rantauan dan pendukuhan dengan dialektis mengalun, meliuk-meliuk, tidak keras dan tidak cepat.
Oleh karena itu perbedaannya tidak terlalu menyolok, hanya mungkin pada pengunaan beberapa kosa kata saja, maka antara kedua wilayah karakter bahasa ini tidak ada kesulitan dalam berkomunikasi maupun dalam percakapan.
Ditambahkannya dalam perjalanan kehidupan Bangsa Banjar tempo dulu maka peranan bahasa merupakan unsur paling utama dalam hubungan berkehidupan dengan etnis dan bangsa lainnya.
Bahasa yang digunakan dinamakan bahasa Banjar yang terdiri dari campuran bahasa Dayak dan Melayu, sehingga bahasa Banjar menjadi bahasa pergaulan (lingua franca) bagi penutur puluhan bahasa daerah di wilayah Kalsel, Kalteng, Kaltim, bahkan beberapa daerah di Brunei Darusalam dan negara bagian Malaysia di Utaran Pulau Kalimantan.
Para linguis (ahli bahasa) dalam diakronis (kesejarahan bahasa) menyatakan bahwa bahasa Banjar termasuk kedalam anggota kerabat rumpun bahasa Austronesia Barat di wilayah gugusan kepulauan di selatan lautan Fasifik) yang dihipotesiskan berbeda dengan bahasa yang lainnya yang terdapat di wilayah tersebut.
Dalam kedudukannya bahasa Banjar diketahui sangat terpengaruh besar di daratan Borneo, oleh karena itu bahasa Banjar memiliki beberapa fungsi, antara lain lambang kebangsaan daerah, lambang identitas masyarakat Banjar, media penghubung perkacapan dalam keluarga, media berkomunikasi dengan berbagai masyarakat yang ada di Kalsel, Kalteng,dan Kaltim.
Di Kalsel, pengguna bahasa banjar hampir 99 persen, dengan berbagai sub dialek dan kosa kata arkais dari daerah tertentu dipropinsi ini, disamping itu ada pula beberapa masyarakat pendatang yang tinggal dan menetap di daerah ini dengan cepat tertular tuturannya kedalam bahasa banjar.
Walaupun para penutur bahasa banjar sebagai ekabahasawan dengan keanekaragaman kosa kata, pada umumnya mampu juga dengan mudah menuturkan bahasa Indonesia karena kebetulan struktur dan kota kata yang digunakan memiliki banyak persamaan.
Menyinggung penggunaan bahasa Banjar dalam media tradisional, seniman yang tergabung dalam group Warung Bubuhan ini menyebutkan memang ada beberapa bentuk media tradisional yang pengungkapannya melalui bahasa Banjar lisan yang dilakukan secara bertutur.
Tetapi ada pula bahasa Banjar lisan yang dilakukan secara totalitas pertunjukan seperti media tradisional Dundam, kata dundam sendiri diperkirakan penyimpanan kata dari gurindam yaitu syair-syair mengandung nasehat, sedangkan dundam adalah cerita dalam ungkapan kesusastraan yang didalamnya juga terselip syair-syair bermakna nasehat.
Media tradisional lain menggunakan bahasa Banjar adalah lamut, andi-andi, pantun, pandung, syair, madihin, tablik, mamanda, wayang gong, wayang urang, wayang topeng, damarulan, japin cerita, japin anak delapan, tantayungan, serta sandiwara tonil.
Kian Meluas
Sementara Seorang dosen di Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, dra.Hj Sunarti dalam kesempatan yang sama menyatakan bahwa pemakaian bahasa Banjar belakangan ini kian meluas bukan saja meliputi seluruh wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) tetapi juga sudah digunakan ke wilayah lain.
Wilayah lain yang menggunakan bahasa Banjar tersebut adalah sebagian wilayah kalimantan Timur (Kaltim) Kalimantan tengah (Kalteng) Bahkan ke daerah Tembilahan Indragiri Hilir (Inhil), sebagian Sumatera Utara hingga ke Semanjung Malaysia katanya saat memberikan pressentasi mengenai bahasa Banjar di Banjarmasin, seperti dilaporkan, Rabu.
Penyebaran bahasa banjar tersebut erat kaitannya dengan kian menyebarnya komunitas suku Banjar, atau etnis Banjar yang berasal dari Kalsel kemudian merantau ke berbagai wilayah tanah air hingga Malaysia.
Menurut Hj Sunarti dosen Fakultan Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unlam tersebut, seorang peneliti bahasa Banjar (BB) yaitu Cense (1958) mengelompokkan BB menjadi BB di Banjarmasin dan sekitarnya dan BB daerah Hulu Sungai.
Sementara seorang guru besar bahasa Hapip (1975) mempertegas dan pembeda bahasa Banjar hulu (BBH) dengan bahasa Banjar kuala (BBK) yaitu perbedaan kosa kata tertentu dan sistem bunyi vokal kedua dialek tersebut.
Seperti halnya bahasa Indonesia dan bahasa lainnya, BB memiliki struktur bahasa yang diikuti dengan kaidah-kaidah atau norma bahasa yang terdiri atas kaidah atau aturan yang menyangkut tata bunyi, tata kata dan tata kalimat.
Kalimat BB terdiri atas kata-kata atau sekelompok kata yang memiliki fungsi tertentu di dalam kalimat baik sebagai subjek (S), predikat (P), objek (O) ataupun keterangan (Ket) serta pelengkap (pel).
Kalimat BB terdiri atas kata-kata atau kalimat BB dapat terjadi dari gabungan kata benda (KB), kata kerja (KK) kata sifat (KS), kata keterangan (K.ket), kata bilangan (K bil).
Sebagai contoh untuk KB, inya guru (dia guru), KB+KK julak tulak (paman pergi), KB+KS diyang bungas (gadis cantik), KB+K bil duit banyak (uang banyak).
Selain itu dijelaskan pula BB terdiri atas frase/kelompok kata benda (FB) kelompok kata kerja (FK) kelompok kata sifat (FS), kelompok kata bilangan (F bil) dan kelompok kata depan (FD).
FB+FK kaka kawalku sudah tulak (kakak temanku sudah pergi), FB+FB bubuhan kami guru sabarataan (keluarga kami guru semua), FB+FS nasi kuning itu kuning banar (nasi kuning itu kuning sekali), FB+F bil lulungkang rumahnya banyak banar (jendela rumahnya banyak sekali).
Dikatakan pola, pola kalimat BB berdasarkan konteks yaitu keadaaan suasana pemakaian kalimat tertentu seperti kalimat sapa contoh, Napang nang diitihi (apa yang dilihat), kalimat panggil, Ka lakas kasia (kakak lekas kemari), kalimat seru, Umai-umai kapurunan (aduh teganya), kalimat tanya, Lawan siapa ikam mambarasihi padu ( dengan siapa kamu membersihkan dapur), kalimat perintah, Barasiai Barataan (bersihkan semua), kalimat pemberitaan, Umahnya kamandahan (rumahnya kebakaran).
Dalam BB juga dikenal dengan kalimat tunggal dan kalimat majemuk, Kalimat tunggal hanya terdiri atas satu subjek dan satu predikat dan satu objek, kalimat majemuk terdiri atas dua kalimat atau lebih yang dipadukan menjadi satu.
Ia juga mencontohkan BB sesuai dengan pola kalimat S+P+O sebagai berikut, Urang Amuntai katuju makan kalangkala (orang Amuntai suka makan kalangkala), kalimat majemuk BB merupakan panduan dari beberapa kalimat tunggal sebagai contoh, Guru asik maajar tapi muridnya asik jua bapandiran (guru asik mengajar tapi muridnya asik pula ngobrol), demikian Sunarti.(*)
Oleh Oleh Hasan Zainuddin
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008