"Sejak 2011 mendaftar menjadi JCH dan saat bisa terwujud, isteri saya Nurasni binti Saman Huri sakit, namun saya tetap bersyukur semuanya ujian dari Allah SWT," kata Syahril Bin Muhammad Zein dalam keterangannya, di Pekanbaru, Jumat.
Menurut dia, tidak mudah untuk berangkat sendiri tanpa isteri, tapi bagaimanapun mungkin ada hikmah dibalik ujian ini karena isteri saya divonis mengidap penyakit syaraf terjepit, tidak bisa berangkat saat pemeriksaan masa tunggu keberangkatan.
Ia mengaku sedih apalagi saat isterinya menangis ketika mendengar suaminya berkata pamit ingin berangkat. "Jangan menangis juga lagi," ucapnya dengan nada lembut sembari mengelus lengan sang isteri yang tak berdaya itu.
Guru SMP I Kuok itu berharap bisa mendoakan sang istri secara langsung di hadapan Ka'bah untuk bisa diangkat penyakitnya oleh Allah SWT.
Seperti dituturkan puteri Syahril, yakni Hamidah yang mendampingi ibunya menggunakan kursi roda itu, ibunya menderita separah ini sejak enam bulan terakhir, biasanya ibunya itu masih bisa jalan ke kamar mandi dan karena kemarin sempat demam dan jatuh di kamar mandi, lalu tak bisa jalan lagi sampai sekarang.
Hamidah karyawan Bank BRI ini mengatakan berdasarkan diagnosa dokter, ibunya harus menjalani operasi, dan batal berangkat karena mengalami stroke ringan dan syaraf terjepit.
Bruri Anggraini tim Kesehatan Haji dari Kabupaten Kampar mengatakan Nurasni (62) memang sudah diketahui penyakitnya saat pemeriksaan. Menurut keterangan dari dokter Santi Sahmini, TKHI pada kloter 7 BTH, hal itu sudah diketahui dua tahun lalu.
Ia menjelaskan sesuai peraturan Menteri Kesehatan nomor 15 tahun 2016, tentang istithaah atau kesehatan haji, kondisinya tidak memenuhi syarat dan terpaksa harus ditunda.
"Kemarin ada juga enam calon haji Kampar pada Kloter 7 yang mengidap penyakit gagal ginjal, namun karena tidak sampai cuci darah, akhirnya bisa diberangkatkan," kata Angraini, Kasi Farmasi Dinas Kesehatan Kampar tersebut.
.
Kriteria istithaah, salah satunya gagal ginjal stadium 4 atau 5, tapi tidak semua pengidap gagal ginjal tidak bisa berangkat, ada jamaah yang memiliki penyakit tapi kondisi masih memenuhi syarat dan bisa diberangkatkan.
Ia menyebutkan, saat Nurasni masih di daerah asal, kondisi kesehatannya masih memungkinkan untuk berangkat. Namun, setelah mengalami jatuh di kamar mandi, kondisi kesehatannya menurun.
Syahril mengatakan, jika sebelum ini isterinya sudah dianjurkan untuk melakukan operasi oleh dokter Siskohat Santi Sahmini, namun anak-anaknya tidak setuju, khawatir ibunya makin parah, maka hanya berobat kampung saja.
"Sekarang semangatnya sudah tidak ada, jika dia menangis, saya pun ikut nangis, apa boleh buat kehendak Allah, selagi saya sehat sekarang, semoga bisa mendoakan isteri saya di Makkah nanti. Saya sudah berencana juga untuk membadalkan isteri nanti di tanah suci, dan kalau isteri saya sehat Insya Allah bisa pergi juga nanti," katanya.
Sakit ginjal
Sebelumnya, dua calon jemaah haji atau pasangan suami istri asal Dumai juga batal berangkat ke Tanah Suci Makkah tahun ini karena mengalami sakit dan harus rutin berobat.
Panitia Haji Kementerian Agama Kota Dumai Zakaria di Dumai, menyebutkan pembatalan berangkat haji ini dialami seorang suami yang berusia 60 tahun, sehingga isterinya juga ikut menunda rukun Islam ke lima tersebut.
"Calon haji pria usia 60 tahun terpaksa batal berangkat karena sakit ginjal dan harus berobat rutin, kemudian istri memilih tidak pergi dan akan berangkat tahun depan demi menjaga suaminya," kata Zakaria.
Untuk menggantikan pembatalan dua orang berangkat ini, Kemenag Kota Dumai mengisi dengan pendaftar calon haji sesuai urutan nomor porsi.*
Baca juga: Kloter 9 calhaj Riau masuk asrama Embarkasi Haji Antara
Baca juga: Suhu Madinah capai 47 derajat celcius
Pewarta: Frislidia
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019