Warga ibu kota terancam tidak lagi bisa menikmati observasi atau belajar memahami pergerakan benda-benda langit di Planetarium dan Observatorium Jakarta karena tidak adanya perawatan suku cadang dari perusahaan teknologi Carl Zeiss, Jerman.Perwakilan Carl Zeiss Asia Tenggara yang berpusat di Kuala Lumpur, Malaysia, sudah datang ke Jakarta. Kami baru membahas kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama ini, namun belum pada pencarian solusi. Tapi mereka berusaha akan membantu, ujarnya
Kepala Satuan Pelaksana Teknik Pertunjukkan dan Publikasi Planetarium dan Observatorium Jakarta, Eko Wahyu Wibowo, pada Jumat menjelaskan, sejak tahun lalu perwakilan Carl Zeiss Jerman yang ada di Indonesia secara resmi menyatakan tidak akan menjual dan melakukan perawatan suku cadang kepada Planetarium dan Observatorium Jakarta, Cikini, Jakarta Pusat.
“Sejak itu, sedapat mungkin kami berusaha merawat dan membetulkan sendiri setiap ada kerusakan. Misalnya kerusakan pada dimmer dan DSM XYZ untuk mengatur simulasi tata surya dan power supply,” kata Eko.
Baca juga: Planetarium Jakarta buka jadwal peneropongan planet bulan ini
Dimmer adalah alat pengatur lampu di bagian kubah, sedangkan DSM atau Digital Servo Modul, yakni alat pengatur pergerakan proyektor untuk simulasi bintang dan planet. Kedua perangkat inilah yang membutuhkan perawatan menyeluruh namun sejauh ini hanya diperbaiki secara swadaya.
“Imbas kurangnya perawatan perangkat adalah kami hanya bisa melakukan dua kali pertunjukan dalam sehari dan itu sering menjadi keluhan dari masyarakat. Padahal dulu dalam sehari bisa sampai tujuh kali pertunjukan. Tentu kalau tidak dirawat sebagaimana mestinya, lama-lama bisa rusak permanen,” tambah Eko.
Eko mengatakan, selama ini pihaknya berusaha menjalin komunikasi dengan perusahaan teknologi Carl Zeiss agar permasalahan perawatan suku cadang menemukan titik terang.
“Perwakilan Carl Zeiss Asia Tenggara yang berpusat di Kuala Lumpur, Malaysia, sudah datang ke Jakarta. Kami baru membahas kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama ini, namun belum pada pencarian solusi. Tapi mereka berusaha akan membantu,” ujarnya.
Baca juga: Astronom Planetarium Jakarta sulit amati bintang karena polusi cahaya
Eko mengaku prihatin dengan kondisi Planetarium dan Observatorium Jakarta saat ini mengingat perannya yang sangat penting. “Sedih juga ya karena selama ini semua juara olimpiade sains baik nasional maupun internasional pasti melewati gemblengan dari Planetarium,” katanya.
Meski dalam keadaan serba berkekurangan, Eko menegaskan timnya berusaha profesional dengan tetap membina para pelajar peserta olimpiade, komunitas pelajar astronomi, melakukan penelitian astronomi, dan menjadi acuan awal penentuan sidang isbat Kementerian Agama.
Pewarta: Adnan Nanda
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019