"Kami setuju dengan warga, jika dipindahkan tidak apa-apa, malah bagus. Karena di sini air serta makanan tidak memadai," ungkap pengungsi Asad Mosini pada Sabtu.
Baca juga: Warga keluhkan pencari suaka bikin lingkungan Kebon Sirih kumuh
Baca juga: Pencari suaka Afghanistan tidak mau pindah dari trotoar Kebon Sirih
Baca juga: Warga sekitar penampungan tolak keberadaan pengungsi
Sebelumnya Asad dan kedua temannya mengaku menanyakan kepada petugas apa arti tulisan di spanduk yang dibentangkan warga di dekat gedung tersebut.
"Saya makan baru sekali dari tadi siang, air juga untuk mandi susah," keluh pengungsi asal Afganistan itu, yang mengaku sudah 6 tahun tinggal di Indonesia.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh pengungsi asal Pakistan, Sayeed Reza. Dia mengaku selain makanan dan air, ketiadaan listrik juga jadi bagian keluhannya dari tempat penampungan itu.
"Butuh buat HP untuk menghubugi keluarga," ungkap Sayeed.
Sayeed mengaku dia sudah berada di Indonesia sejak 2015 ketika kapalnya berlabuh di provinsi Sumatera Utara.
"Dari Medan kemudian naik bus ke Jakarta. Sejak itu, saya sudah pernah sampai ke Bogor juga," ujarnya.
Baik Asad dan Sayeed mengaku mereka ingin segera diberi kejelasan oleh Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) dan ditempatkan ke negara yang aman.
"Saya tidak peduli di mana, yang penting aman," ujar Asad.
Sebelumnya, warga Kompleks Daan Mogot Baru melakukan protes dan membentangkan spanduk bertuliskan penolakan akan keberadaan pengungsi di dekat kompleks perumahan mereka.
Menurut warga, mereka belum mendapatkan pemberitahuan sebelumnya akan penempatan pengungsi di daerah tersebut.
Menurut data terakhir terdapat sekitar 1.155 pengungsi yang terdaftar di lokasi tersebut, berdasarkan data dari UNHCR.
Sebelumnya, para pengungsi tersebut direlokasi dari daerah Kebon Sirih, Jakarta Pusat, setelah beberapa pekan tidur di badan jalan daerah tersebut.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019