Berbicara kepada Antara di Timika, Minggu, Wilhelmus mengatakan pertemuan kedua calon presiden yang berkompetisi pada Pilpres 2019 itu sudah ditunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
"Tentu semua rakyat Indonesia mengapresiasi pertemuan kedua tokoh bangsa ini. Kompetisi politik Pilpres 2019 sudah usai, mari merajut kebersamaan untuk membangun bangsa dan negara agar rakyat Indonesia bisa hidup lebih sejahtera, aman dan damai," kata Wilhelmus.
Mantan anggota DPRD Provinsi Papua dan DPRD Mimika tiga periode itu menegaskan pertemuan Presiden Jokowi dan Prabowo harus memberikan energi positif untuk merekatkan kembali seluruh elemen bangsa, terutama para elit politik hingga rakyat di kalangan akar rumput agar bisa hidup rukun kembali, tanpa ada lagi sekat-sekat perbedaan.
Wilhelmus mengatakan kontestasi Pilpres 2019 yang hanya diikuti dua pasangan capres-cawapres sangat membelah atau mempolarisasi rakyat Indonesia, antara yang mendukung pasangan capres-cawapres nomor urut satu Joko Widodo-Mar'uf Amin dengan pasangan capres-cawapres nomor urut dua Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Bangsa dan negara yang besar ini tidak bisa hanya dibangun oleh satu kelompok dan golongan, tetapi harus dibangun oleh seluruh elemen bangsa. Karena itu, semua elemen harus bersatu padu, tidak boleh ada perpecahan kalau menginginkan Indonesia tetap eksis," ujarnya.
Wilhelmus secara khusus menyoroti pesan Prabowo bahwa dirinya sangat menyayangi Indonesia.
"Pernyataan Prabowo itu sangat dalam artinya. Sebagai tokoh, beliau menanggalkan kepentingan kelompok, kepentingan golongan untuk melihat Indonesia sebagai milik seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke tetap berdiri tegak dan kokoh. Kalau Prabowo saja sebagai capres sudah berjiwa besar, maka sudah seharusnya semua pendukung dan simpatisan beliau juga berjiwa besar menerima hasil Pilpres. Kita sudahi persaingan politik, waktunya sekarang kita membangun ekonomi bangsa dan negara, terutama ekonomi rakyat dari berbagai keterpurukan selama ini," ujar Wilhelmus.
Menurut dia, tantangan yang dihadapi Indonesia dewasa ini dan ke depan jauh lebih berat, terutama dalam persaingan ekonomi global.
Menyangkut adanya pihak atau kelompok yang tidak menghendaki pertemuan Presiden Jokowi dengan Prabowo seperti Kelompok Persaudaraan Alumni 212, Wilhelmus tidak mempermasalahkan hal itu.
"Yah, biarkan saja, toh selama ini semua rakyat Indonesia tahu garis perjuangan mereka seperti apa. Jika benar mereka tidak akan lagi memberikan dukungan kepada Prabowo berarti benar dugaan selama ini bahwa kelompok tersebut memiliki agenda lain tentang nasib bangsa dan negara ini ke depan. Saya sangat yakin dan percaya sebagian besar rakyat Indonesia justru mendukung kalau para elit bangsa bersatu, bukan malah selalu gontok-gontokan," ujarnya.
Wilhelmus berharap sikap ksatria dan negarawan yang ditunjukan oleh Prabowo Subianto, mantan Panglima Kostrad dan mantan Komandan Jenderal Kopassus menjadi contoh dan panutan bagi generasi muda Indonesia ke depan untuk siap menang maupun siap kalah jika ikut dalam kontestasi Pilpres pada periode selanjutnya.
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019