"Akses jalan ke lokasi terdampak gempa hanya melalui laut karena akses jalan darat belum terbangun," kata Agus dalam jumpa pers yang diadakan di Jakarta, Senin.
Agus mengatakan BNPB telah mengirimkan Tim Reaksi Cepat ke lokasi terdampak bencana dan telah sampai di Ternate. Dari Ternate menuju Sofifi hanya bisa dilalui menggunakan perahu motor, kemudian dilanjutkan dengan jalur darat menuju Saketa.
Untuk menuju Labuha, Ibu Kota Kabupaten Halmahera, dari Ternate hanya ada penerbangan terbatas satu kali sehari atau menggunakan kapal feri dengan waktu tempuh 10 jam. Dari Labuha menuju Saketa masih harus menggunakan perahu motor selama lima jam.
"Penanganan bencana juga terkendala gempa susulan yang masih terjadi beberapa kali. Hingga Senin pukul 07.00 WIB, telah terjadi 65 kali gempa susulan dan 28 kali yang dirasakan," tuturnya.
Agus mengatakan masyarakat di sekitar pesisir pantai masih mengungsi ke wilayah yang lebih tinggi. Memang sempat dilaporkan terjadi tsunami, tetapi dengan gelombang hanya setinggi 10 centimeter hingga 20 centimeter karena pusat gempa terjadi di darat.
Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan telah menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari yang akan berakhir pada Minggu (21/7).
Kabupaten Halmahera Selatan diguncang gempa berkekuatan 7,2 Skala Richter pada kedalaman 10 kilometer di 62 kilometer Timur Laut Labuha, Maluku Utara.
Gempa terjadi pada Minggu (14/7) pukul 16.10 WIB pada koordinat 0,59 derajat Lintang Selatan dan 128,06 derajat Bujur Timur.
Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar Sorong-Bacan. Hasil analisis mekanisme sumber yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan gempa tersebut dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan struktur pergerakan mendatar.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019