Kalau semua partai politik berniat masuk ke dalam pemerintahan maka demokrasi malah menjadi tidak sehat.
Pengamat politik sekaligus CEO Alvara Research Center Hasanuddin Ali menyebutkan seharusnya partai politik tak perlu khawatir kehilangan peluang untuk memenangkan Pemilu 2024 hanya karena menjadi oposisi.
"Ini problem paradigma, seharusnya tidak kalah terhormat juga menjadi oposisi. Ini yang salah kaprah bahwa modal itu hanya sisi finansial saja sehingga khawatir menjadi oposisi," kata Hasanuddin di Jakarta, Senin.
Baca juga: Pengamat: Sebaiknya parpol pengusung Prabowo tetap jadi oposisi
Padahal dengan menjadi oposisi, partai politik kata dia memiliki dua keuntungan lain non finansial yakni mendapatkan kepercayaan masyarakat karena memperjuangkan aspirasi dengan gigih, dan modal basis massa yang semakin kuat.
"Misalkan, kita harus belajar dari PDI Perjuangan yang secara sabar menjadi posisi selama dua periode, dan setelah itu dia menguasai pemerintahan," katanya.
Kemudian, Hasanuddin menyarankan sebaiknya partai politik pengusung Prabowo Subianto pada Pemilu Presiden 2019 tetap menjadi oposisi bagi pemerintahan presiden terpilih.
Menurut dia, kalau semua partai politik berniat masuk ke dalam pemerintahan maka demokrasi malah menjadi tidak sehat.
Baca juga: Amien Rais katakan Jokowi paham demokrasi karena sebut oposisi mulia
"Akhirnya cek dan balans tidak terjadi dan semuanya akan setuju dengan apa pun yang dilakukan pak Jokowi," kata dia.
Pada penyampaian Visi Indonesia, Minggu malam 14 Juli 2019, Presiden Joko Widodo menyambut baik jika ada yang ingin menjadi bagian dari oposisi dari pemerintahan yang akan dipimpinnya pada periode 2019-2024.
"Menjadi oposisi itu juga sangat mulia, silahkan jadi oposisi asal jangan oposisi menimbulkan dendam dan kebencian," ujar Presiden Jokowi.
Baca juga: Drajad: PAN lebih baik jadi oposisi
Pewarta: Boyke Ledy Watra
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019