"Kebijakan ini kita ambil untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, dan antisipasi gempa susulan," kata Fitri salah seorang guru SDN 1 Mataram di Mataram, Selasa.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyebutkan gempa berkekuatan 6 SR yang berpusat di Bali terjadi, Selasa (16/7) pada 07:18:36 WIB, getaranya terasa juga di Lombok.
Baca juga: Gempa Bali sempat membuat jamaah calhaj Mataram panik
Lokasi 9.11 Lintang Selatan dan 114.54 Bujur Timur atau 83 kilometer Barat Daya Nusa Dua Bali. Dengan kedalaman 68 kilometer dan tidak berpotensi tsunami.
Dikatakan, saat memberikan kebijakan pulang lebih awal, para siswa tidak dibiarkan pulang begitu saja, melainkan diminta untuk menunggu jemputan dari orang tua masing-masing.
Setelah dipastikan sudah ada yang menjemput, barulah siswa diperbolehkan pulang, sedangkan siswa yang rumahnya berada dekat dari lingkungan sekolah, dipastikan dulu orang tuanya sedang berada di rumah atau tidak.
"Hal itu kita berlakukan untuk memberikan jaminan keamanan dan keselamatan kepada anak-anak," katanya.
Saluna siswa kelas III SDN 1 Mataram mengatakan, saat gempa dia dan teman-temannya sedang berada di dalam ruang belajar dan begitu terjadi gempa mereka berhamburan ke luar ruangan menuju lapangan sekolah.
"Ada beberapa temen kita yang menangis, karena takut seperti gempa bulan Agustus lalu," tuturnya.
Dari hasil pantauan, rata-rata kondisi serupa terjadi di sejumlah SD dan taman kanak-kanak (TK), dan para orang tua juga ikut panik dan spontan menjemput putra/putrinya di sekolah masing-masing. ***3***
Baca juga: Ratusan siswa SMPN 6 Mataram berhamburan keluar kelas saat gempa Bali
Pewarta: Nirkomala
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019