Warga di dua kedusunan di Desa Cikadu, Kecamatan Cikadu, hanya bisa pasrah menggunakan air keruh di dalam kolam dan sungai karena tidak ada alternatif sumber air setelah hampir dua bulan mengalami kekeringan.
"Warga di Desa Cikadu terutama di Dusun Karyamukti dan Dusun Cilaku, sudah mengalami kekeringan sejak pertengahan puasa karena hujan tidak lagi turun sejak dua bulan terakhir," kata Abdul Gofur (32) warga Karyamukti pada wartawan Selasa.
Akibatnya tutur dia, sumur dan sumber air lain yang ada di kedua wilayah tersebut mengering. Sehingga membuat warga harus mencari sumber air lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Saat ini, warga mengambil air ke sungai yang masih mengalir di wilayah tersebut, namun sebagian besar mengambil dari kolam penampungan yang sumbernya dari sungai kecil.
"Meski debit airnya tidak besar, namun kolam tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan air warga. Puluhan kepala keluarga dari kampung saya yang lokasinya paling jauh mengandalkan air dari kolam milik seorang warga di Dusun Cilaku," katanya.
Ia menuturkan, jarak tempuh menggunakan sepeda motor dari tempat tinggalnya sekitar 20 menit, sedangkan berjalan kaki mencapai satu jam, sehingga banyak warga yang menggunakan jasa ojek untuk mendapatkan air.
"Biasanya untuk sekali mengambil air sebanyak dua jerigen, warga harus membayar ongkos sebesar Rp 10 ribu. Di kolam penampungan, warga tidak dapat langsung membawa air, tapi harus mengantre hingga berjam-jam," katanya.
Untuk satu keluarga, tambah dia, biasanya membutuhkan empat sampai lima jerigen air setiap hari untuk mandi, mencuci, hingga masak dan minum. Meskipun air kolam sedikit keruh, namun warga terpaksa tetap menggunakannya.
"Meskipun airnya tidak jernih, belum ada warga yang mengeluh sakit seperti muntaber atau lainnya. Harapan warga jangan sampai ada yang sakit meskipun menggunakan air yang tidak jernih," katanya.
Sejak kesulitan mendapatkan air bersih, tutur dia, belum ada bantuan dari pemerintah seperti di wilayah lain yang mendapat pasokan air bersih dari instansi terkait seperti BPBD dan PDAM.
"Kalau rencana pihak desa, akan membangun embung air dan sumur bor yang biayanya akan diambil dari dana desa. Namun untuk saat ini, bantuan air besih dari pemerintah sangat kami harapkan," katanya.
Kabag Humas Setda Cianjur, Gagan Rosganda, mengatakan akan segera berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan penanganan dan memberikan bantuan ke wilayah tersebut.
"Bukan hanya pasokan air bersih, tapi kami akan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mencari solusi lain, agar warga tidak mengalami kesulitan air saat kemarau tiba," katanya.
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019