"Penyaluran bantuan terkendala akses karena dari Ternate ke Labuha, ibu kota Kabupaten Halmahera Selatan, hanya ada satu kali penerbangan setiap hari dan selalu penuh," kata Agus dalam jumpa pers di Graha BNPB, Jakarta, Selasa.
Selain menggunakan pesawat, perjalanan dari Ternate ke Labuha bisa dilakukan menggunakan kapal feri dengan waktu tempuh 10 jam. Sementara perjalanan dari Labuha ke daerah terdampak gempa di Saketa hanya bisa dilakukan menggunakan perahu motor dengan waktu tempuh lima jam.
Perjalanan dari Ternate ke Labuha juga bisa ditempuh melalui Sofifi menggunakan perahu motor dilanjutkan dengan perjalanan darat.
"Posko Utama Penanganan Gempa Halmahera ditempatkan di Labuha, sedangkan posko lapangan berada di Saketa," jelasnya.
BNPB telah menerjunkan Tim Reaksi Cepat yang terdiri atas tiga orang untuk memberikan asistensi manajemen penanganan gempa. BNPB juga telah menyiapkan dana siap pakai Rp500 juta dan akan mengirimkan helikopter untuk mendukung penanganan darurat pasca-gempa.
"BPBD Provinsi Maluku Utara dan Tim Reaksi Cepat BNPB telah melakukan kajian cepat untuk mendata tingkat kerusakan, jumlah pengungsi, dan kebutuhan para pengungsi agar ditindaklanjuti," kata Agus.
Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan telah menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari mulai dari 15 Juli sampai 21 Juli.
Pada Minggu (14/7) pukul 16.10 WIB terjadi gempa dengan magnitudo 7,2 yang berpusat di koordinat 0,59 derajat Lintang Selatan dan 128,06 derajat Bujur Timur, sekitar 62 kilometer Timur Laut Labuha, Maluku Utara, pada kedalaman 10 kilometer.
Gempa itu merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar Sorong-Bacan. Hasil analisis mekanisme sumber yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, gempa tersebut dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan struktur pergerakan mendatar.
Baca juga:
BNPB: 3.104 orang mengungsi akibat gempa Halmahera Selatan
971 rumah warga rusak berat, tiga meninggal akibat gempa Halmahera Selatan
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019