• Beranda
  • Berita
  • AS, Rusia akan rundingkan pembatasan senjata nuklir

AS, Rusia akan rundingkan pembatasan senjata nuklir

16 Juli 2019 16:29 WIB
AS, Rusia akan rundingkan pembatasan senjata nuklir
Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam sebuah pertemuan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Osaka, Jepang, Jumat (28/6/2019). ANTARA FOTO/Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin via REUTERS/pd/cfo
Para pejabat Amerika Serikat dan Rusia akan melakukan pertemuan di Jenewa pada Rabu (17/7) untuk membahas konsep perjanjian baru soal pembatasan senjata nuklir, yang nantinya bisa mencakup China, kata beberapa pejabat tinggi AS, Senin (15/7).

Presiden AS Donald Trump telah menyatakan bahwa ia menginginkan ada kesepakatan pengendalian senjata "generasi berikutnya" dengan Rusia dan China terkait semua jenis senjata nuklir.

Trump telah menyinggung keinginan tersebut ketika ia bertemu secara terpisah dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping, termasuk baru-baru ini selama pertemuan puncak G20 di Osaka pada Juni.

China tidak menjadi pihak penandatangan perjanjian senjata nuklir antara Amerika Serikat dan Rusia. Belum ada kejelasan apakah Beijing bersedia dimasukkan ke dalam pembicaraan, kata pejabat-pejabat tersebut kepada para wartawan.

Delegasi AS akan dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri John Sullivan dan antara lain akan terdiri dari penasihat utama pada Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Tim Morrison, perwakilan Departemen Pertahanan, Kepala Staf Gabungan serta Badan Keamanan Nasional, kata mereka.

Sementara itu, delegasi Rusia akan dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov, kata pejabat AS.

Hubungan dingin antara Amerika Serikat dan Rusia telah berlangsung bertahun-tahun. Hubungan itu memburuk setelah Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014 dan mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam perang Suriah.

Trump telah berupaya memperbaiki hubungan kedua negara namun terhalang karena penyelidikan, yang berlangsung dua tahun, atas dugaan bahwa agen-agen Rusia mencampuri pemilihan presiden AS pada 2016 dengan melancarkan serangan terhadap saingan Trump dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.

Penyelidikan yang dipimpin oleh Jaksa Khusus AS Robert Mueller menghasilkan laporan yang menunjukkan tidak ada bukti cukup untuk menyatakan bahwa tim kampanye Trump bersekongkol dengan Moskow. Kremlin, kantor kepresidenan Rusia, juga membantah melakukan campur tangan dalam Pilpres AS 2016.

Hubungan AS dan Rusia juga memburuk antara lain terkait kasus peracunan seorang bekas mata-mata Rusia dan putrinya di Inggris, penahanan kapal-kapal dan awak Angkatan Laut Ukraina di dekat Krimea serta penahanan sejumlah warga negara AS oleh Rusia.

Pertemuan di Jenewa itu akan berlangsung hanya dua pekan sebelum AS menarik diri dari perjanjian kekuatan nuklir jangka-menengah (INF), yang mewajibkan kedua negara untuk memusnahkan rudal-rudal nuklir dan konvensional jarak pendek dan menengah.

Baca juga: Senat izinkan Rusia tangguhkan kepatuhan pada perjanjian nuklir

Baca juga: Menlu AS akan bicarakan nuklir dengan Jepang, Korsel

Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019