"Tidak ada yang aneh dari peristiwa itu. Fenomena itu terjadi karena memang ikan Lemuru saat ini sedang musim di perairan tersebut," ujar Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Suko Wardono, di Denpasar, Selasa.
Ia menjelaskan, ikan Lemuru itu bisa berada di tepian pantai akibat adanya warung di sekitar lokasi yang menyorotkan lampu ke arah perairan.
"Kalau ada lampu yang disorotkan, ikan di perairan akan menuju ke sumber cahaya. Mungkin saat menuju sumber cahaya dari lampu itu, ikan-ikan terbawa gelombang laut sampai ke tepi pantai. Sebenarnya bukan terdampar juga," katanya.
Suko Wardono mengatakan, peristiwa yang terjadi pada Senin (15/7) malam itu, juga bukan merupakan kejadian yang pertama kami terjadi.
"Sebelumnya pada awal bulan Juli lalu, peristiwa yang sama juga terjadi. Tim kami juga sudah ke lapangan untuk melakukan pemantauan, dan memang itu terjadi karena memang di sana sedang musim ikan Lemuru," ujarnya.
Terkait peristiwa tersebut yang di media sosial dikaitkan dengan peristiwa gempa bumi Bali yang terjadi pada Selasa pagi, Kepala BMKG Wilayah III Denpasar, M. Taufik Gunawan, saat dikonfirmasi terpisah mengatakan, tidak ada kaitan fenomena ikan "terdampar" dengan kejadian gempa bumi Bali.
"Seperti yang sering terjadi sebelumnya, mengaitkan suatu fenomena dengan bencana seperti gempa bumi itu sudah biasa. Namun, antara ikan dengan gempa bumi itu berbeda jauh," katanya.
Ia menjelaskan, biasanya ikan terdampar di pesisir itu karena arus laut yang hangat dan
memang fenomena tersebut tidak dapat dikaitkan dengan terjadinya bencana.
"Hingga saat ini bahkan belum ada alat pendeteksi gempa yang dapat meramalkan adanya gempa dalam beberapa waktu ke depan, baik di Indonesia maupun luar negeri, belum ada alat secanggih itu," katanya.
Pada Senin (15/7), di sejumlah akun media sosial Instagram di Bali muncul video terkait terdamparnya banyak ikan di Pantai Batu Bolong.
Dalam video yang viral itu, tampak warga sekitar yang ramai mengambil ikan Lemuru yang "terdampar" tersebut.
Pewarta: Naufal Fikri Yusuf
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019