"Peningkatan ekspor kelapa sawit Indonesia ke Tiongkok sekarang sudah 1 juta ton, bukan 500 ribu ton," katanya dalam Workshop "Pemanfaatan Minyak Sawit untuk Green Fuel dalam Mendukung Ketahanan Energi dan Kesejahteraan Petani Sawit" di Gedung BPPT Kompleks Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan ekspansi dalam pertumbuhan kelapa sawit adalah yang paling kecil jika dibandingkan dengan komoditas lain.
Namun demikian, dia mencatatkan adanya peningkatan ekspor kelapa sawit ke Tiongkok menjadi 1 juta ton.
Karena itu, dia mendorong kemungkinan kerja sama agar Tiongkok dapat mengimpor kedelai dari Indonesia menyusul perang dagang antara Tiongkok dengan Amerika Serikat.
Dorongan kerja sama tersebut juga mengingat kemajuan teknologi yang sudah dicapai oleh Tiongkok.
"Jadi kita lihat dan kita belajar dan mereka mau share teknologinya ke kita," katanya.
Dalam kesempatan itu, dia juga bercerita tentang kunjungannya ke Tiongkok untuk melihat perkembangan industri di sana.
Industri di Tiongkok, tambahnya, terus melakukan penelitian dan pengembangan. Dia juga memuji efisiensi, kebersihan lingkungan dan penerapan industri 4.0 yang berkembang di sana.
Menurut dia perubahan global yang begitu cepat harus disimak dan diikuti oleh masyarakat Indonesia. Karena itu, perlu didorong tata kelola yang lebih baik karena hal tersebut dapat mendorong kemajuan Indonesia.
Baca juga: Menteri Luhut: jangan dikte kebijakan pemerintah soal sawit
Baca juga: Menteri Luhut: Peran kelapa sawit sangat penting
Baca juga: Luhut: listrik dan sawit upaya RI diversifikasi sumber energi
Pewarta: Katriana
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019