• Beranda
  • Berita
  • Kebakaran lahan di Sumsel belum pengaruhi jarak pandang penerbangan

Kebakaran lahan di Sumsel belum pengaruhi jarak pandang penerbangan

17 Juli 2019 11:38 WIB
Kebakaran lahan di Sumsel belum pengaruhi jarak pandang penerbangan
Warga mengenakan masker saat kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang menyelimuti Kota Dumai, Riau, Jumat (29/3/2019). (ANTARA/Anggi Romadhoni/19)

Kondisi ini memang berbeda dengan Kota Pekan Baru dan Dumai, Provinsi Riau yang sudah terdampak oleh kebakaran

Kebakaran lahan di sejumlah kabupaten di Sumatera Selatan sejak sepekan terakhir  belum mempengaruhi jarak pandang di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Rabu.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Tri Agus Pramono mengatakan jarak pandang masih normal sehingga jadwal penerbangan berjalan seperti biasanya.

“Iya kami mengetahui ada beberapa kebakaran lahan beberapa hari terakhir, tapi sejauh ini tidak berpengaruh,” kata dia.

Kondisi ini memang berbeda dengan Kota Pekan Baru dan Dumai, Provinsi Riau yang sudah terdampak oleh kebakaran hutan dan lahan. Pada Minggu (14/7), ada kabut tipis di dua kota tersebut yang  menyebabkan jarak pandang hanya lima kilometer.

Ia mengatakan, bukan hanya jarak pandang, untuk suhu udara juga masih dianggap normal yakni di kisaran 31-32 derajat celcius saat pukul 12.00 WIB yang artinya masih di angka ambang, sementara di pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB pada kisaran suhu 26 derajat celcius.

Sejauh ini, BMKG menetapkan suhu titik panas itu 40 derajat Celcius yang menjadi batas ambang kewaspadaan.

“Jika sudah 40 derajat baru itu menjadi peringatan artinya sudah ada titik panas, tapi ini bukan titik api (hotspot),” kata dia.

Untuk itu, di saat musim kemarau ini, BMKG mengingatkan masyarakat terhadap ancaman karhutla ini. Meski belum memasuki puncak musim kemarau yang diperkirakan pada Agustus mendatang, tapi kondisi alam sudah sangat kering.

Beberapa kabupaten sudah tidak mengalami hujan lebih dari sepekan, yang artinya lahan gambut seluas 1,4 hektare yang tersebar sudah sangat kering kondisinya saat ini.

"Saat ini pemerintah gencar menyosialisasikan ke masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar, selain itu memang di Sumsel untuk tindakan mitigasi sudah jauh lebih baik jika dibandingkan sebelumnya," kata dia.

Sebelumnya, karhutla terjadi di sejumlah kabupaten di Sumsel, seperti di Desa Meranjat III Kabupaten Ogan Ilir pada Selasa (16/7) yang menghanguskan lahan 2,5 hektare, dan pada hari yang sama di Musi Banyuasin yakni di Jalan Kol. H Nazom Nurhawi, Kelurahan Kayuare, Kecamatan Sekayu atau di kawasan Perumahan VBS yang melahap areal seluas 2.500 meter persegi.

Kemudian kebakaran di lahan gambut terjadi di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Sumatera Selatan, yang menghanguskan lahan 2 hektare di Desa Tempirai Selatan, Kecamatan Penukal Utara, Senin (15/7). Pada hari yang sama juga terjadi kebakaran lahan di Kabupaten Ogan Ilir di Desa Tanjung Baru, Kecamatan Indralaya Utara dari pukul 14.30- 15.00 WIB, yang menghanguskan lahan milik warga seluas 0,5 hektare.

Sebelumnya kebakaran lahan juga terjadi di Kabupaten PALI yang menghanguskan areal seluas 20 hektare, Sabtu (13/7), dan kebakaran di Desa Sejaro Sakti, Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir, Kamis (11/7), yang menghanguskan lahan seluas 2 hektare.


Baca juga: Kabut asap tipis selimuti Pekanbaru dan Dumai
 Baca juga: Kepala BNPB kirim 1.500 personel untuk cegah karhutla di Riau

 

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019