"Kalau mau jadi Ketua MPR harus punya narasi mau seperti apa MPR ke depan. Jangan sekedar ambisi, namun harus ada narasi yang dibawa," kata Pangi di Jakarta, Rabu.
Pangi menekankan pekerjaan rumah saat ini adalah mengembalikan MPR sebagai lembaga yang memiliki wibawa dan kehormatan selaku majelis tertinggi.
Dia mengatakan, dulu MPR memiliki kewenangan memilih, melantik bahkan memberhentikan seorang Presiden hingga mengesahkan undang-undang.
Kini peran MPR, kata dia, hanya melantik Presiden dalam sebuah kegiatan yang seremonial.
"MPR harus kembali memiliki taring dan berwibawa," kata dia.
Dia menekankan kalau pun kedaulatan dalam memilih Presiden tetap berada di tangan rakyat, maka setidaknya peran dalam menerima laporan pertanggungjawaban kepala negara bisa dikembalikan kepada MPR.
"Sekarang pertanyaannya kepada siapa presiden bertanggungjawab. Kalau target kerja tidak tertunaikan, hanya persoalan like and dislike, bagaimana media membingkai sehingga presiden bisa terpilih kembali," kata Pangi.
Dia mengatakan peran MPR harus kembali digairahkan supaya perannya betul-betul dirasakan nyata, tidak hanya seremonial saja.
Belakangan ini isu mengenai kursi Ketua MPR mulai marak diperbincangkan. Dua partai yang sudah menyatakan keinginannya memeroleh kursi Ketua MPR yakni PKB dan Golkar.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019