Jumlah ini, khususnya yang terdaftar di Indonesia, dinilai masih sangat rendah apabila dibandingkan penggunaan domain .com yang mencapai lebih dari 700 ribu di Indonesia.
Pasalnya, nama domain internet dianggap lebih dari sekedar komoditas yang dipasarkan, tapi lebih merupanan identitas sebuah bangsa.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) Yudho Giri Sucahyo di Jakarta, Rabu.
"Secara persentase jumlah populasi penduduk, (domain .id) masih kalah jauh dibandingkan dua negara tetangga kita Malaysia (.my) dengan 360 ribu domain dari sekitar 32 juta penduduk dan Singapura (.sg) dengan 118 ribu domain dari sekitar 5 juta penduduk," ungkapnya.
Pemerintah, melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sebenarnya pernah menerapkan program satu juta domain gratis untuk instansi kecil dan menengah (IKM) pada 2017. Namun, hingga program tersebut usai, hanya sekitar 50 ribu IKM yang mendaftar, dan bahkan hanya 30 persen yang melanjutkan berlangganan di tahun kedua.
Yudho menilai, prevalensi penggunaan domain .com atau nama domain unik lain seperti .co (Kolombia) dan .tv (Tuvalu) di Indonesia didorong oleh kesan bahwa penggunaan domain-domain tersebut lebih keren atau komersil.
"Tentunya, kami juga berupaya untuk membangun kesadaran korporasi-korporasi dalam negeri untuk beralih ke domain .id," tambahnya.
Lebih lanjut, Yudho mengungkapkan pihaknya telah meluncurkan inisiatif rebranding nama domain .id sebagai representasi Idea dan Identity, dan akan memperluas aktivitas pemasaran ke seluruh dunia.
"Keunikan nama domain memainkan peran penting sebagai identitas sebuah instansi. Oleh karena itu, kami optimistis beberapa tahun ke depan akan terlihat hasilnya," pungkasnya.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019