Kementerian Pertanian berhasil melakukan ekspor perdana komoditas pelet kayu "wood pellet" asli produksi Gorontalo ke Korea Selatan.Pelet kayu merupakan bahan bakar primadona di negara yang memiliki empat musim, untuk bahan bakar pengganti batu bara dalam pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara, penghangat ruangan, kompor biomassa, dan pengeringan pada jasa pencucian baju
"Alhamdulilah, bertambah komoditas unggulan yang diminati pasar global asal Gorontalo, selain jagung, kini merambah produk pelet kayu," kata drh Indra Dewa, kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Gorontalo saat melepas 34 ton sampel pelet kayu ke Korea Selatan, melalui Pelabuhan Anggrek di Gorontalo Utara, Kamis.
Ia menjelaskan, pelet kayu merupakan bahan bakar primadona di negara yang memiliki empat musim, untuk bahan bakar pengganti batu bara dalam pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara, penghangat ruangan, kompor biomassa, dan pengeringan pada jasa pencucian baju "laundry".
Indra mengatakan, sebagai unit kerja di bawah Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian, jajaran kerja Karantina Pertanian Gorontalo melakukan pengawalan terhadap kesehatan dan keamanan komoditas sesuai persyaratan negara tujuan ekspor.
"Sertifikasi Kesehatan Tumbuhan, Phytosanitary Certificate atau PC yang kami keluarkan setelah melalui rangkaian tindakan pemeriksaan karantina. Kami kawal hingga komoditas ekspor Gorontalo diterima di negara tujuan," ucapnya.
Ia berharap, semakin banyak investor datang di Gorontalo dan yakin membenamkan modalnya di daerah itu.
Baca juga: Perkuat potensi ekspor hortikultura, Kementan siapkan strategi ini
Hal itu sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman yang memberi tugas khusus bagi seluruh jajaran Badan Karantina Pertanian, untuk fokus mendorong ekspor. "Beberapa kebijakan akselerasi ekspor pun diterapkan," kata Indra.
Sebagai contoh, pemeriksaan di gudang pemilik "inline inspection", penerapan layanan prioritas, penggunaan elektronik sertifikat "e-cert", serta percepatan layanan karantina lainnya.
"Dengan kebijakan layanan cepat ini, harapannya komoditas kita dapat memiliki daya saing yang tinggi," jelasnya.
Sementara itu, Chaidir Noor, manajer PT Mitra Cipta Permata selaku pemilik komoditas menjelaskan bahwa sampel yang dikirim harapannya dapat memenuhi persyaratan negara Korea Selatan, sehingga akan ada pengiriman di semester II tahun ini melalui dua tahapan, masing-masing 6 ribu ton sehingga total volume sebesar 12 ribu ton.
Chaidir mengapresiasi layanan cepat dari Karantina Pertanian Gorontalo.
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie yang hadir dan turut melepas ekspor perdana itu, menyampaikan apresiasinya terhadap kinerja pembangunan di wilayahnya.
Rusli juga mengapresiasi pihak swasta di bidang agribisnis yang telah mengantarkan komoditas unggulan Gorontalo seperti kakao, tepung kelapa, cocofiber, cocopiet, fresh coconut, tetes tebu, barecore dan kopi pinogu ke pasar global.
Rusli menginstruksikan jajarannya untuk meningkatkan kerjasama dalam mendorong ekspor komoditas pertanian ke manca negara. Saat ini tercatat negara tujuan ekspor adalah Vietnam, Filipina, India, Australia dan Amerika.
Selain produktivitas dan ragam komoditas, negara tujuan juga harus ditambah, apalagi Gorontalo masih sangat kaya, tegasnya.
Baca juga: Kementan: ekspor pertanian ke China 2014-2018 meningkat 33,6 persen
Pewarta: Susanti Sako
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019