"Utamanya di pemukiman padat penduduk seperti Tambora (Jakarta Barat), masalah listrik ini yang paling rawan karena rumit dan bisa dipasang 5-6 steker dalam satu sumber listrik," kata dia, di Senen, Jakarta Pusat, Kamis.
Selain itu, lanjut dia, masalah listrik yang kerap menjadi faktor utama pemicu kebakaran di pemukiman padat penduduk adalah kecenderungan warga tidak menggunakan kabel yang tidak ber-SNI.
"Rata-rata yang paling rawan penyebabnya adalah tidak menggunakan kabel SNI. Ini terus kita sosialisasikan agar warga pakai SNI, karena minimal jika terjadi bencana, resikonya bisa lebih rendah," kata dia.
Juga baca: Rumah tinggal di Cipinang Jaya terbakar
Juga baca: Korsleting listrik diduga penyebab kebakaran di Kebayoran Baru Jakarta
Juga baca: DPRD minta Pemprov DKI periksa instalasi listrik rumah warga
Dengan banyaknya kejadian kebakaran yang rata-rata terjadi 3-5 kali sehari di Jakarta, lantas membuat BPBD DKI Jakarta melakukan pengarahan kepada warga beberapa hal yang dapat digunakan untuk mencegah hal tersebut.
Hal yang terus diingatkan BPBD adalah memeriksa kembali alat-alat listrik dan kompor sudah dimatikan bila tidak digunakan ataupun sebelum keluar rumah.
Selain itu, langkah-langkah antisipatif ketika terjadi kebakaran, mulai dari skala kecil hingga besar, juga perlu diketahui oleh masyarakat sebagai perluasan dampak kebakaran.
"Pelatihan untuk kebakaran kecil dari kompor, api, warga harus tahu gimana kita menghadapinya. Dan itu berawal dari diri masing-masing, didampingi oleh kami. Kalau warga sudah paham dengan kebencanaan, tentu bisa meminimalisir resiko," kata dia.
Pewarta: Arnidhya Zhafira
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019