"Kebakaran lahan di Teluk Sampit masih bisa diakses walaupun jauh. Yang perlu 'water bombing' adalah kebakaran lahan di Desa Bagendang Hilir karena areal yang terbakar luas dan akses airnya sulit. Lokasinya sekitar lima kilometer dari jalan raya, termasuk berjalan sekitar satu kilometer," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur (Kotim) Yephi Hartady Periyanto di Sampit, Kamis.
Meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan di Kotawaringin Timur membuat pemerintah daerah ini menetapkan status siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan terhitung 3 Juli hingga 30 Oktober 2019. Sejak posko berdiri hingga saat ini sudah ada sekitar 70 hektare lahan yang terbakar.
Baca juga: Kebakaran hutan dan lahan di Kalteng terus meluas
Saat ini ada tiga lokasi kebakaran lahan di luar pusat Kota Sampit, yaitu Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit, Desa Bagendang Hilir Kecamatan Mentaya Hilir Utara dan Desa Batuah Kecamatan Seranau.
Kebakaran lahan terluas terjadi di Desa Bagendang Hilir dengan luasan lahan yang terbakar sudah lebih dari 60 hektare. Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan sudah tiga kali melakukan pemadaman kebakaran namun baru bisa memadamkan sekitar 15 hektare.
"Kendala yang dihadapi petugas adalah lokasi yang jauh dan sulit diakses dan sumber air sulit didapat. Tiupan angin di lokasi kebakaran juga cukup kencang sehingga api yang sudah dipadamkan bisa kembali terbakar," katanya.
Baca juga: 12,55 hektare hutan di Babel terbakar
Kebakaran lahan gambut memang sulit dipadamkan karena api terus membakar ke dalam tanah meski di permukaan terlihat sudah padam. Untuk itulah pemadaman harus dilakukan berulang-ulang agar api di dalam tanah benar-benar padam.
Sementara itu kebakaran di kawasan dalam kota terjadi di beberapa titik yang menjadi atensi seperti Jalan Bumi Raya, Walter Hugo dan Desa Eka Bahurui. Beberapa kali api dan asap terpantau di tiga titik itu tapi tidak terbaca melalui pantauan satelit.
Untuk kebakaran yang lokasinya sulit dijangkau, tim berharap ada dukungan pemerintah pusat untuk melakukan pemadaman melalui udara dengan 'water bombing' menggunakan helikopter.
Baca juga: Kebakaran hutan dan lahan terus intai Sumsel
"Kami masih menunggu reposisi helikopter itu. Rencananya minggu ini tiba di Palangka. Kami menunggu informasi helikopter itu diperbantukan ke Kotawaringin Timur. Kalau minggu ini helikopternya sudah ada di sini maka minggu depan mungkin bisa dimulai water bombing," demikian Yephi.
Pewarta: Kasriadi/Norjani
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2019