Usaha kecil dan menengah (UKM), binaan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) yang menjual keripik khas Padang, mampu menembus omset Rp95 juta per bulan.Jika pada hari-hari normal, rata-rata per bulan ia terima sekitar Rp50 juta per bulan. Sementara itu pada binaan klaster lainnya, PNM juga mengembangkan budi daya jamur tiram.
"Kami produksi saat libur lebaran dan menjelang akhir tahun biasa meningkat sampai Rp95 juta per bulan, itu masih bisa lebih tergantung permintaan," kata Pahlevi pemilik usaha keripik Clarisa di Payakumbuh, Sumatera Barat, Jumat.
Levi sapaan akrabnya menjelaskan, keripik yang ia jual merupakan keripik ikan asin, mulai dari isi kacang hingga ikan teri yang sudah dikeringkan.
Usaha keripiknya mampu menembus tempat oleh-oleh yang paling laris di Kota Padang, usai menjadi nasabah serta dibina secara kelompok dari PNM.
Jika pada hari-hari normal, rata-rata per bulan ia terima sekitar Rp50 juta per bulan. Sementara itu pada binaan klaster lainnya, PNM juga mengembangkan budi daya jamur tiram. Yeza, salah satu putri petani jamur tiram mengungkapkan bahwa semenjak beralih usaha pada bibit jamur, kehidupan keluarganya jauh lebih baik dari sebelumnya.
"Dulu sempat usaha konveksi, namun kurang sukses, sampai akhirnya ikut program dari PNM untuk mengembangkan jamur tiram," kata Yeza.
Baca juga: PNM dapatkan penyertaan modal negara Rp2 triliun
Ia mengungkapkan, hasil olahan jamur tiram, rata-rata diolah menjadi keripik, di mana per bungkusnya dijual Rp5 ribu. Dari jualan keripik tersebut, keluarga Yeza mampu mengumpulkan Rp150 ribu per hari hanya dengan modal usaha Rp50 ribu untuk biaya modal.
Usaha jamur tiram tersebut baru ia rintis pada awal tahun 2019, sekitar enam bulan lalu, melalui program binaan permodalan tersebut.
Baca juga: PNM targetkan penyaluran pinjaman Rp14 triliun tahun 2019
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019