Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Edi Santoso mengatakan oposisi memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan keseimbangan kekuasaan.
"Oposisi itu perlu, sebagai penyeimbang, untuk menciptakan 'power balance', itu merupakan peran yang terhormat, peran yang mulia," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.
Edi Santoso yang merupakan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman tersebut juga menambahkan untuk menjalankan peran dengan baik maka narasi oposisi yang nantinya berkembang harus fokus pada program-program pemerintah.
"Narasi oposisi yang berkembang nanti harus substansial pada program-program pemerintah, bukan semangat permusuhan berlabel identitas primordial," katanya.
Dengan demikian, kata dia, perdebatan yang nantinya berkembang juga akan fokus pada isu-isu terkait program yang sedang atau akan berjalan.
"Perdebatan yang berkembang nantinya diharapkan fokus pada seputaran program, bukan pada rasa suka dan tidak suka pada orang atau kelompok," katanya.
Sementara itu, Edi yang juga dosen Filsafat Komunikasi, Magister Ilmu Komunikasi Unsoed tersebut juga mengingatkan bahwa setelah kontestasi Pilpres, semua pihak harus sepakat bahwa kepentingan bangsa dan negara adalah di atas segalanya.
"Setelah kontestasi yang keras dan melelahkan itu pada akhirnya semua pihak harus menyepakati bahwa kepentingan bangsa dan negara adalah di atas segalanya," katanya.
Dengan demikian, kata dia, jangan ada lagi polarisasi di tengah masyarakat yang tidak berkesudahan.
"Maka, tidak ada lagi 01 dan 02, semuanya luruh oleh semangat merah putih, dengan demikian tidak relevan lagi dikotomi 'cebong' dan 'kampret', tapi yang ada adalah Garuda Pancasila," katanya.
Untuk itu, kata dia, penting bagi semua lapisan masyarakat untuk terus meningkatkan semangat persatuan dan kesatuan di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019