Seorang Usher yang bertugas menjadi "pemanis" dalam sebuah pameran kerap diidentikkan dengan wanita cantik tak jarang mendapat banyak perhatian dari pengunjung.
Mulai dari yang hanya sekadar bertanya produk hingga sampai ada yang mengajak berkenalan sudah menjadi risiko sehari-hari seorang Usher.
"Dukanya jadi Usher paling capek. Terus juga ada aja konsumen yang agak genit. Ada yang deketin terus minta nomer handphone tapi enggak saya kasih," kata Ajeng Kurnia, salah satu Usher di stan Daihatsu saat ditemui dalam ajang GIIAS 2019 di ICE BSD, Tangerang, Kamis (18/7).
Menyikapi hal tersebut, Ajeng mengaku sering menolak permintaan pengunjung yang menanyakan nomor teleponnya. Tentu dengan cara yang baik agar tidak menyakiti hati pengunjung tersebut.
"Paling kita nolak secara halus aja. Misalnya kayak 'maaf pak kita lagi kerja dan enggak boleh kasih kontak ke orang'," kata dia.
Tak hanya sering menjadi sasaran modus pengunjung pameran, seorang Usher juga harus menjalani tugas mendampingi produk yang dijual hingga berjam-jam. Bahkan, salah satu Usher bernama Uli harus melakukan tugasnya berdiri selama 10 jam dalam sehari.
"Aku kerja long shift 10 jam, istirahat dikasih dua jam setiap seperempat jam sekali, jadi dua kali istirahat," kata dia saat ditemui di stan Isuzu.
Agar tetap prima dalam menjalankan tugas, Uli mengaku harus pandai mengatur waktu istirahat dan selalu rajin mengonsumsi vitamin. Meski dia sempat dirawat karena sakit saat bekerja, namun ia mengaku tidak kapok dengan pekerjaan Usher karena bayarannya yang menggiurkan.
"Aku pernah dirawat juga karena kecapean sampai tipes. Tapi enggak kapok dengan pekerjaan ini karena bayarannya menggiurkan, lumayan buat bayar kuliah" ujar Uli.
Baca juga: Ini bedanya usher dan SPG pada pameran otomotif
Baca juga: Lexus Lady tidak hanya cantik
Pewarta: Yogi Rachman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019