Badan Pengkajian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) akan fokus melaksanakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di sejumlah provinsi rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan guna mengatasi asap yang menimbulkan ISPA hingga kematian.
“BMKG mengatakan potensi awan di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara sangat kecil sebenarnya selama Juli hingga September ini. Untuk mengatasi kekeringan dengan hujan buatan mestinya sebelum itu (saat potensi awan belum kecil, red). Tetapi awan akan tumbuh lebih baik pada bulan Oktober,” kata Kepala BPPT Hammam Riza di Bandar Lampung, Jumat.
Ia mengatakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) saat ini akan fokus mengupayakan bantuan untuk yang mengalami kekeringan di darat. Sementara TMC yang akan dilakukan BPPT khusus untuk mengatasi karhutla.
“Karena memang itu agak berisiko tinggi di Riau, dan sekarang di Kalimantan Barat bahkan sudah mulai muncul asap,” katanya.
Untuk itu, ia meminta BMKG untuk dapat segera mendetilkan ramalan-ramalan cuacanya terutama terkait munculnya potensi-potensi awan di wilayah-wilayah rawan karhutla di Sumatera dan Kalimantan, serta daerah-daerah yang menghadapi kekeringan di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Sebelumnya ia mengatakan upaya TMC untuk menghasilkan hujan buatan hanya memungkinkan jika masih ada awan yang dapat disemai dengan garam.
Berdasarkan pantauan dari Satelit Terra/Aqua (LAPAN) dengan tingkat kepercayaan di atas sama dengan 80 persen terdapat sembilan titik panas di Kalimantan Barat, satu di Kalimantan Selatan.
Sedangkan berdasarkan pantauan NOAA terdapat delapan titik panas di Riau dan dua titik panas di Jambi.
Baca juga: Tim BNPB Pusat pantau Posko Karhutla Banyuasin
Baca juga: Lima titik panas Karhutla di Riau terdeteksi
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019