Harga minyak dunia naik sekitar satu persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah turun tajam sehari sebelumnya, didukung oleh meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran, juga kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang melambat dapat mengurangi permintaan minyak global.Kekhawatiran ekonomi makro, ketidakpastian pada perundingan perdagangan dan meningkatnya pasokan minyak dari AS terus membebani sentimen
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September, naik 0,54 dolar AS menjadi ditutup pada 62,47 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 0,33 dolar AS menjadi menetap pada 55,63 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Untuk minggu ini, harga patokan minyak mentah turun, setelah turun tajam awal pekan ini di tengah kekhawatiran permintaan. Untuk WTI jatuh tujuh persen sepanjang minggu ini dan Brent kehilangan sekitar 5,5 persen untuk minggu ini, kerugian tertajam untuk kedua acuan sejak akhir Mei.
Harga-harga minyak naik di akhir sesi setelah Pengawal Revolusi Iran mengatakan mereka telah menangkap sebuah kapal tanker minyak berbendera Inggris di Teluk, setelah Inggris merebut sebuah kapal Iran awal bulan ini, semakin meningkatkan ketegangan di sepanjang rute pengiriman minyak internasional yang vital.
Sebuah kapal tanker minyak kedua, Mesdar yang dioperasikan Inggris, berbendera Liberia, berbelok tajam ke utara menuju pantai Iran pada Jumat sore setelah melewati barat melalui Selat Hormuz ke Teluk, menurut data pelacakan Refinitiv.
"Pendapat kami keruwetan masih mendukung beberapa perdagangan berayun luas di kedua arah karena harga terus diterpa berbagai arus lintas yang mencakup meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran di sisi bullish dan meningkatnya kekhawatiran permintaan minyak global pada sisi bearish," kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.
Episode ini telah menyuntikkan risiko geopolitik lebih lanjut ke pasar minyak.
Seorang pejabat senior pemerintah Trump mengatakan pada Jumat (19/7/2019) Amerika Serikat akan menghancurkan pesawat tanpa awak Iran yang terbang terlalu dekat dengan kapalnya.
Sehari sebelumnya, Amerika Serikat mengatakan sebuah kapal Angkatan Laut AS telah "menghancurkan" pesawat tanpa awak Iran di Selat Hormuz setelah pesawat mengancam kapal itu, tetapi Iran mengatakan tidak memiliki informasi tentang kehilangan sebuah pesawat tak berawak.
Harga juga didukung oleh indikasi Federal Reserve AS akan menurunkan suku bunga secara agresif untuk mendukung perekonomian.
Dua pejabat Federal Reserve yang berpengaruh mempertajam kasus publik untuk bertindak mendukung ekonomi AS pada Kamis (18/7/2019), menghidupkan kembali spekulasi bank sentral dapat memberikan penurunan lebih besar dari yang diperkirakan bulan ini, meskipun taruhan pada penurunan suku bunga yang lebih besar berkurang kembali pada Jumat (19/7/2019).
Sementara itu, perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi untuk minggu ketiga berturut-turut karena pengebor menindaklanjuti rencana untuk memotong pengeluaran.
Pengebor mengurangi lima rig minyak dalam seminggu hingga 19 Juli, sehingga jumlah totalnya turun menjadi 779 rig, terendah sejak Februari 2018, perusahaan jasa energi General Electric Co Baker Hughes mengatakan dalam laporan yang dipantau dengan cermat pada Jumat (19/7/2019)
Data pada Jumat (19/7/2019) juga menunjukkan dana lindung nilai dan manajer uang lainnya menaikkan taruhan bullish mereka pada minyak mentah AS. Itu adalah peningkatan kedua berturut-turut.
Namun, prospek jangka panjang untuk minyak telah tumbuh semakin bearish.
Badan Energi Internasional (IEA) tidak memperkirakan harga minyak naik secara signifikan karena permintaan melambat dan ada kelebihan pasokan di pasar minyak mentah global, ketua IEA, Fatih Birol mengatakan pada Jumat (19/7/2019) dalam komentar publik.
IEA mengurangi perkiraan pertumbuhan permintaan minyak 2019 menjadi 1,1 juta barel per hari (bph) dari 1,2 juta barel per hari karena ekonomi global yang melambat di tengah perang perdagangan AS-China, kata Birol kepada Reuters.
"Kekhawatiran ekonomi makro, ketidakpastian pada perundingan perdagangan dan meningkatnya pasokan minyak dari AS terus membebani sentimen," kata Warren Patterson, kepala komoditas di ING.
Baca juga: Minyak naik di Asia setelah AS hancurkan pesawat tanpa awak Iran
Baca juga: Minyak mentah perpanjang penurunan di perdagangan Asia
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019