"Bukti bahwa SKM merupakan bagian dari potongan surga yang dianugerahkan Allah bagi Kota Samarinda adalah masih adanya keindahan alam di bagian hulu SKM, yakni di kawasan Sempaja, sebelum Bendung Benanga," ujar Misman, Ketua GMSS-SKM Samarinda, Sabtu.
Dulu, di sepanjang sempadan sungai itu merupakan kawasan indah dan rindang sehingga memiliki berbagai fungsi ekosistem sebenarnya, antara lain berfungsi filtrasi untuk menjernihkan air secara alami melalui akar tumbuhan dan pohon-pohon di sepanjang bantarannya.
Aneka tumbuhan di ruang sungai itu juga tempat tumbuh dan berkembangnya berbagai hayati baik yang hidup di sungai, tepi sungai, darat, hingga kawasan rawa sehingga layanan ekosistem benar-benar berjalan sesuai kehendak alam.
Kemudian hutan kota di garis sempadan dulunya juga menjalankan siklus alami, bahkan menghasilkan oksigen tebal dalam udara yang kemudian diisap manusia dan makhluk lain, sehingga alamnya benar-benar "Rahmatan Lil alamin" karena dalam proses metabolisme pohon menghasilkan oksigen (O2) yang dibutuhkan makhluk dalam bernapas.
Berdasarkan penelitian, satu pohon dewasa mengisap karbondioksida sekitar 24 kg per tahun. Sebagai penggantinya, pohon ini mengeluarkan O2 yang cukup untuk dihirup dua orang dewasa selama setahun.
Semakin banyak pohon di suatu kawasan, maka jumlah O2 di kawasan itu makin meningkat. Satu pohon dewasa bisa menghasilkan O2 sekitar 130 kg per tahun. Kondisi inilah yang kemudian udara terasa segar dan sejuk ketika berada di bawah pepohonan.
"Namun potongan surga di hulu SKM itu kini terus berkurang akibat dirusak manusia dan pembiaran oleh mereka yang punya kewenangan, sehingga saat ini tinggal menyisakan sekitar 200 meter potongan surga di SKM. Saya menyebut SKM potongan surga karena dalam Al-Quran juga digambarkan bahwa surga terdapat sungai mengalir," katanya.
Meski potongan surga itu telah dirusak oleh oknum tertentu, lanjut Misman, namun ia meyakinkan ke masyarakat dan pemerintah bahwa sungai itu masih bisa diselamatkan, bahkan Samarinda juga masih bisa diselamatkan dari bencana yang lebih besar, terutama banjir dan kekeringan.
"Caranya antara lain tanami pohon di sepanjang ruang sungai, lindungi DAS SKM dari berbagai bentuk bangunan, jangan ada izin alih fungsi rawa menjadi permukiman. Ketika banyak pohon, maka air akan tertampung di rawa dan celah pohon sehingga tidak langsung tertumpah menjadi banjir. Ketika tidak ada hujan, secara perlahan air dari rawa dan pohon mengalirkan ke sungai," ucap Misman.*
Baca juga: 9.000 pohon berhasil ditanam melalui gerakan memungut sehelai sampah
Baca juga: Warga tanam pohon di bantaran Sungai Karang Mumus
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019