"Sukun bisa menjadi konsumsi sehari-hari, jadi kami tidak hanya mengandalkan beras," kata Wakil Bupati Kepulauan Seribu, Junaedi, saat ditemui di Jakarta, Sabtu.
Juanedi menjelaskan bahwa masyarakat di Kepulauan Seribu saat ini telah mengolah sukun menjadi aneka makanan sumber karbonhidrat dan buah tangan bagi wisatawan, seperti keripik, bolu dan tumpeng.
"Sukun tidak hanya digoreng atau kripik, tapi dikembangkan jadi bolu dan tumpeng dengan cita rasa mirip umbi talas," ujarnya.
Pada 2018, pemerintah setempat menggalakkan program penanaman 1.000 pohon sukun di sepuluh pulau di antaranya Pulau Pramuka, Pulau Tidung Besar, Pulau Tidung Kecil, Pulau Karya, Pulau Sebira hingga Pulau Harapan.
Junaedi mengungkapkan saat ini Kepulauan Seribu memiliki sekitar 6.000 pohon sukun yang tumbuh di wilayah terluar di DKI Jakarta tersebut.
"Ada banyak investor yang datang mencari lahan untuk membangun pabrik pengolahan sukun menjadi tepung. Kami saat ini sedang mencarikan mereka lahan," ujarnya.
Lebih lanjut Junaedi mengungkapkan sukun menjadi komoditas strategis bagi Kepulauan Seribu yang tidak memiliki lahan persawahan. Karena itu, pemerintah akan terus menyosialisasikan manfaat sukun agar tanaman ini diminati masyarakat maupun wisatawan.
"Semua bagian dari pohon sukun bisa dimanfaatkan, termasuk daunnya bisa dijadikan teh. Kami akan terus sosialisasikan agar masyarakat dan wisatawan mengenal makanan olahan sukun yang bisa dijadikan makanan pengganti beras dan gandum," ucapnya.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019