"Satunya di sini dan satunya lagi yang harus ada itu di Guangzhou," katanya ditemui seusai meresmikan Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (IPTC) di Shanghai, Senin.
Shanghai merupakan kota bisnis terbesar di China, sedangkan Guangzhou kota perdagangan yang secara geografis tidak terlalu jauh jaraknya dari Indonesia.
Menurut dia, Indonesia sudah tertinggal jauh dengan negara-negara lain, terutama di kawasan Asia Tenggara, dalam mempromosikan produk-produk unggulannya di China. Apalagi Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan China hingga mencapai 18,5 miliar dolar AS selama periode Januari-Mei 2019.
"ITPC ini sangat penting dalam mempromosikan produk-produk kita di negara terbesar seperti Tiongkok ini," ujarnya.
Dengan beroperasinya ITPC itu, maka Kemendag kini sudah memiliki 19 unit ITPC di yang tersebar di beberapa negara.
Mendag mengajak instansi yang lain untuk memaksimalkan fungsi ITPC yang berlokasi di Shanghai Mart Lt 10, Jalan Yan'an Barat, atau di gedung yang sama dengan Konsulat Jenderal RI di Shanghai meskipun berbeda lantai.
"Kementerian Pariwisata dan Kementerian BUMN mungkin bisa mengirimkan tenaga magang ke sini agar mereka tidak hanya mengurusi administrasi di kantor saja," katanya menambahkan.
Di ITPC tersebut terpajang beberapa produk unggulan Nusantara, baik dalam bentuk makanan dan minuman, maupun kerajinan tangan.
Di gedung Shanghai Mart terdapat beberapa ruang pamer dari sejumlah negara, termasuk Korea Selatan yang bersebelahan dengan ITPC.
Hadir dalam peresmian ITPC, Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun, Pelaksana Konsul Jenderal RI di Shanghai Widia P Gultom, Atase Peragangan Kedutaan Besar RI di Beijing Marina Novira, dan jajaran Kementerian Perdagangan RI.
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019