"Semoga penghargaan yang sudah diberikan dapat menambah kebahagiaan para atlet," kata Dayani, tim program MSR-ACT saat menyerahkan penghargaan di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, Senin.
Penghargaan berupa bantuan dana ini merupakan program lanjutan dari kerja sama ACT bersama Kitabisa.com dan Grab Indonesia. Program “Penghargaan Atlet Veteran tahun 2019” bertujuan untuk menghargai perjuangan para atlet veteran yang telah mengharumkan nama bangsa Indonesia.
Dari tujuh atlet veteran, ACT menyambangi Ellyas Pical. Ia terkenal dengan julukan "The Exocet", atas kecepatan dan kekuatan pukulannya yang seperti rudal asal Prancis.
Di usia yang tidak lagi muda, Ellyas masih dapat mengingat baik cerita-cerita dibalik piagam yang berjejer di lemarinya dan bagaimana awal ia berkarir. Ia menceritakan kisah-kisahnya semasa masih berlaga di arena tinju.
Ellyas menceritakan bagaimana ia mengalahkan petinju asal Korea Selatan, Chun Du Jo. Pertandingan itu merupakan kejuaraan dunia tinju kelas bantam junior versi IBF, 3 Mei 1983 lalu.
"Ketika dia memukul saya, saya menghindar lalu mundur sedikit. Kemudian saya kasih dia hook tepat di rahang kanannya. Setelah itu langsung KO dia," ujar Ellyas sembari memperagakan gerakannya itu kepada tim MSR-ACT.
Pikiran menjadi petinju terbesit di benak Ellyas Pical pada saat ia baru berusia 14 tahun. Selain karena hobi, pada masa itu ia melihat Muhammad Ali bertanding di layar kaca. Terinspirasi dengan Ali, ia kemudian bercita-cita untuk menjadi juara dunia dalam cabang olahraga tinju. Meskipun awalnya, keputusan tersebut sempat tidak disetujui orang tuanya.
"Mama saya tidak mau, lalu ada adiknya mama saya (paman) yang bilang Jangan ditolak-tolak. Kalau anak (kamu) mau kenapa harus ditolak? Dia ingin menjadi atlet, ya biarkan saja dia berjalan. Mudah-mudahan dia bisa menjadi orang yang baik, lalu terkenal. Eh, betul terjadi," kenang Ellyas.
Pada akhirnya, pamannya yang menggembleng fisik Ellyas hingga menjadi atlet tinju profesional. Ia menambahkan, latihan yang disiplinlah yang menjadi kunci suksesnya untuk memenangkan pertandingan.
Persiapan latihan selalu dilakukan minimal enam bulan sebelum pertandingan berlangsung.
"Memang latihan itu mesti kita persiapkan dari awal sebelum pertandingan, kita harus persiapkan dari bawah (arena tinju). Supaya kalau kita sudah dalam pertandingan kan sudah kuat, stabil, stamina sudah bagus. Tapi kalau tidak latihan dari bawah, tidak akan bisa maju," ungkapnya semangat.
Walaupun Ellyas telah memutuskan pensiun pada 1993 lalu, semangat Ellyas Pical masih sama besarnya pada olahraga ini. Kini, ia masih aktif bekerja di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
Ellyas pun mengaku merasa senang dengan adanya penghargaan tersebut. "Saya merasa bangga karena diperhatikan oleh ACT, Grab, dan Kitabisa.com serta masyarakat yang mendukung saya dan keluarga saya melalui penghargaan ini," katanya.
Ia juga berharap atlet-atlet generasi muda, jika ingin menjadi atlet yang baik, harus berlatih sungguh-sungguh supaya bisa mengharumkan nama bangsa.
"Saya harap juga mereka selalu bekerja keras, berlatih yang baik. Saya akan selalu beri mereka semangat, agar bisa mengharumkan nama bangsa dan negara," katanya.
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019