"Dengan sosialisasi ini semakin sempurna bagi Menwa untuk melanjutkan cita-cita pendiri bangsa. Kalian harus menjadi virus yang baik untuk persatuan bangsa," kata Wahidin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.
Hal itu dikatakannya dalam penutupan Sosialisasi Empat Pilar MPR dengan metode outbond Bela Negara yang diikuti oleh 100 Resimen Mahasiswa (Menwa) se-Sulawesi Utara, di Manado, Minggu (21/7).
Wahidin mengingatkan suatu bangsa akan mati bila tidak mampu merawat dan mengelola potensi yang dimiliki. Dia mencontohkan Uni Soviet, Yugoslavia, dan beberapa negara lainnya pecah dan bubar karena tidak bisa merawat dan mengelola keberagaman yang dimiliki.
"Dengan demikian tak ada jaminan sebuah bangsa akan terus bertahan," ujarnya.
Menurut dia, Indonesia merupakan sebuah negara yang wilayahnya, padat penduduknya, beragam budaya, adat, bahasa, dan agamanya.
Dia mengatakan apa yang dimiliki negara Indonesia, di satu sisi adalah kekayaan namun di sisi yang lain adalah potensi perpecahan.
Wahidin mengatakan, bangsa Indonesia baru saja menyelenggarakan Pemilu yang sangat dinamis, untuk itu diharapkan ke depan kita semakin menyatu.
"Bangsa ini telah menghadapi berbagai cobaan dan lulus dalam ujian itu," katanya.
Menurut dia, masih bersatunya Indonesia karena anugrah dari Tuhan dan bangsa ini mampu merawat titipan dari pendiri bangsa yaitu ikatan dalam keragaman yang menjadi pegangan bersama.
Anggota Menwa yang ikut dalam "outbond" kebangsaan tersebut, Thahir mengatakan pendidikan Pancasila mulai redup sehingga anak-anak dan generasi muda mulai kehilangan jati diri bangsa.
Dia menilai dengan diselenggarakan "outbond", merupakan langkah taktis untuk mengingatkan kembali nilai-nilai kebangsaan guna menangkal pengaruh budaya dan ideologi yang tak sesuai dengan kepribadian dan nilai-nilai luhur.
Thahir mengharap kegiatan seperti yang dialami dilaksanakan di tengah masyarakat karena masih banyak masyarakat awam terhadap Pancasila sehingga rawan disusupi budaya dan ideologi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai bangsa.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019