"Buat anak-anak, dengan mereka main di tanah, lapangan. Mereka sentuh tanah, rumput, bunga, pohon itu langkah sederhana. Enggak usah deh dulu dicekokin pemilahan sampah," kata Co-founder Project Semesta Rinda Liem kepada Antara, Senin (22/7).
Rinda mengatakan berinteraksi dengan alam bisa membuat anak tahu bahwa dia bagian dari ekosistem. Di samping itu, kegiatan itu bermanfaat untuk kemampuan motorik yang berdampak pada tumbuh kembangnya.
"Ada anak yang digendong terus karena orang tuanya takut dia kotor. Tetapi dia mengalami masalah sensorik, karena terlalu steril. Disuruh dokternya sentuh rumput," kata dia.
Kegiatan lainnya, mengajak anak ke pasar untuk mengenali bahan-bahan makanan juga bisa menjadi pilihan yang bagus.
Khusus untuk pengurangan konsumsi plastik, anak-anak bisa diajari membawa botol minum sendiri, peralatan makan dan bekal ke sekolah.
"Belajar memilah sampah untuk anak usia sekolah dasar, yang termudah dilakukan sebagai konsumen," kata Rinda.
Penanaman kebiasaan positif bisa dilakukan sejak dini pada usia tiga tahun, di mana sebagian anak-anak masa kini sudah memasuki masa prasekolah dan belajar berinteraksi dengan orang lain. Orang tua bisa mulai mengikutsertakan anak mereka dalam komunitas pecinta lingkungan, misalnya.
"Habit sudah terbentuk dari usia tiga tahun, ketika usia itu sudah pre-school. Sudah belajar berinteraksi dengan orang-orang. Sudah bisa sih dipaparkan (komunitas) tetapi dengan takarannya," kata Rinda.
Saat ini sudah mulai banyak komunitas yang fokus memperkenalkan lingkungan pada anak-anak misalnya Kawan Cendekia dan Guru Bumi.
Baca juga: Anak usia 10 tahun layak tanamkan cinta lingkungan
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019