"Perusahaan-perusahaan yang bergerak pada sektor vital seperti penyedia listrik ataupun penyedia air bersih perlu mengoordinasikan divisi teknik operasional mereka dengan teknik informatika untuk mengetahui keberadaan ancaman siber," kata Pemimpin Bisnis Teknologi Operasional Global dan Regional Fortinet, Yu Chin Beng, dalam temu media di Nusa Dua, Bali, Rabu.
Chin Beng mengatakan dinamika serangan siber terhadap operasional sebuah perusahaan seringkali tidak teridentifikasi oleh pengelola divisi operasional itu karena mesin-mesin yang terkoneksi Internet belum menunjukkan gejala-gejala terserang.
"Kami bekerja sama dengan perusahaan yang menganalisa perilaku mesin akan memastikan keamanan teknik operasional perusahaan dan meminimalkan risiko akibat serangan siber itu," katanya.
Fortinet sebagai penyedia keamanan jaringan, lanjut Chin Beng, akan melakukan pencegahan dan pemulihan di sisi operasional perusahaan klien berupa pembagian segmen mesin-mesin produksi dapat berjalan lancar tanpa gangguan.
"Kadang kala, dampak dari persoalan serangan siber terhadap mesin produksi bukan hanya mengganggu bisnis sebuah perusahaan, melainkan juga terhadap konsumen yang menggunakan produk perusahaan itu seperti layanan listrik ataupun air bersih," katanya.
Selain pencegahan serangan siber dengan "firewall", Fortinet juga membekali perlindungan terhadap mesin operasional perusahaan-perusahaan dengan mengamankan jaringan Internet para pimpinan perusahaan atau orang-orang penting dalam perusahaan itu.
"Celah keamanan siber bukan hanya dari jaringan Internet yang langsung menuju perusahaan, melainkan dapat berasal dari jaringan para petinggi perusahaan itu ketika mereka ada di rumah, termasuk melalui teknik phising lewat surat elektronik," katanya.
Baca juga: Kenali ciri-ciri serangan siber "phishing"
Baca juga: Symantec ungkap metode-metode serangan siber 2018
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019