• Beranda
  • Berita
  • Euro terperosok, dekati level terendah dua bulan

Euro terperosok, dekati level terendah dua bulan

25 Juli 2019 09:56 WIB
Euro terperosok, dekati level terendah dua bulan
Uang kertas Euro pecahan 100 dan 200 emisi terbaru dengan fitur keamanan tembus pandang diperlihatkan di kantor pusat Bundesbank Cadangan Federal Jerman di Frankfurt, Jerman (ANTARA FOTO/REUTERS/Kai Pfaffenbach/wsj).

Saya melihat lebih banyak pelemahan untuk euro, karena tidak ada pertanda baik datang dari Eropa saat ini

Euro terperosok di dekat level terendah dua bulan pada perdagangan Kamis pagi, menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) yang dapat memberi sinyal pelonggaran moneter karena pertumbuhan zona mata uang tersebut tersendat.

Sentimen terhadap mata uang tunggal terpukul setelah data menunjukkan sektor manufaktur Jerman kontraksi pada laju tercepat dalam tujuh tahun, sementara pertumbuhan bisnis Prancis secara tak terduga melambat, mengirim imbal hasil obligasi Eropa lebih rendah.

Di Asia, mata uang negara-negara berkembang sedikit lebih rendah setelah Korea Utara menembakkan dua rudal jarak pendek ke laut pada Kamis pagi, mengurangi selera untuk aset-aset berisiko di wilayah tersebut.

Namun, fokus investor di Asia tetap dominan pada bank sentral global dan perkembangan politik, khususnya di Eropa dan Amerika Serikat.

Sterling mempertahankan keuntungan yang diperolehnya sejak Boris Johnson menjabat sebagai perdana menteri baru Inggris pada Rabu (24/7/2019), tetapi investor masih mewaspadai Brexit tanpa kesepakatan di mana Inggris akan meninggalkan Uni Eropa tanpa perjanjian perdagangan.

Dolar mendapat dukungan setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan dia tidak akan mengadvokasi mata uang yang lebih lemah.

Fokus investor bergeser ke pertemuan ECB pada Kamis waktu setempat dan penurunan suku bunga yang diperkirakan dari Federal Reserve (Fed) AS minggu depan, yang keduanya diharapkan akan menentukan tempo untuk mata uang dan imbal hasil obligasi dalam beberapa bulan mendatang.

"Saya melihat lebih banyak pelemahan untuk euro, karena tidak ada pertanda baik datang dari Eropa saat ini," kata Tsutomu Soma, manajer umum solusi bisnis pendapatan tetap di SBI Securities di Tokyo.

“Jangan berharap imbal hasil obligasi Eropa naik dalam waktu dekat. AS menuju ke suku bunga yang lebih rendah, yang dulunya merupakan faktor pendukung untuk euro, tetapi itu tidak lagi menjadi alasan.”

Mata uang bersama diperdagangkan pada 1,11415 dolar AS setelah menyentuh 1,11270 dolar AS, terendah sejak 31 Mei.

Euro telah jatuh 2,0 persen sejauh bulan ini di tengah meningkatnya spekulasi ECB akan bergabung dengan bank sentral lainnya dalam pelonggaran kebijakan, karena perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China melemahkan ekonomi global.

Pedagang melihat probabilitas 48 persen bahwa pembuat kebijakan Eropa akan menurunkan suku bunga deposito utama sebesar 10 basis poin menjadi minus 0,50 persen, menurut swap suku bunga ECBWATCH.

Jika ECB menahan kebijakan pada Kamis, ekonom mengatakan Presiden Mario Draghi dapat menandai penurunan suku bunga untuk pertemuan kebijakan berikutnya pada September.

Institut Ifo akan merilis indeks sentimen bisnis Jerman yang diawasi ketat pada Kamis waktu setempat, yang akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi terbesar Eropa itu.

Sterling lebih tinggi di 1,2484 dolar AS, mementaskan pemulihan moderat dari terendah 27-bulan di 1,2382 dolar AS yang dicapai minggu lalu.

Johnson berjanji dalam pidato pertamanya sebagai perdana menteri untuk memimpin Inggris keluar dari UE pada 31 Oktober dengan "tanpa alasan, kompromi, atau peringatan apa pun" dan memperingatkan akan ada Brexit tanpa kesepakatan jika blok itu menolak untuk bernegosiasi.

Dolar diperdagangkan pada 108,200 yen, dekat tertinggi satu minggu 108,290 yen.
Mnuchin mengatakan kepada CNBC dalam sebuah wawancara bahwa Amerika Serikat mendapat manfaat dari posisi greenback sebagai mata uang cadangan dunia.

Dolar juga didukung oleh pernyataan Gedung Putih bahwa negosiator top AS akan bertemu dengan rekan-rekan China mereka di Shanghai mulai 30 Juli.

Dua negara ekonomi terbesar di dunia itu sedang mencari resolusi untuk perang perdagangan mereka yang berlarut-larut.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, berdiri di 97,701 setelah menyentuh tertinggi delapan minggu di 97,810 pada Rabu (24/7/2019). Demikian laporan yang dikutip Reuters.

Baca juga: Rupiah Kamis pagi menguat 19 poin, masih di bawah Rp14.000

Baca juga: Yuan China menguat 123 basis poin terhadap dolar AS

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019