Menurut pejabat pada kantor kepresidenan Prancis itu, Macron telah mengundang Johnson untuk berkunjung dalam beberapa pekan mendatang.
Kedua pemimpin berbicara pada Kamis (25/7) dan pembicaraan Macron dengan Johnson itu membahas soal tuntutan Uni Eropa (EU) terkait Brexit, kata pejabat tersebut, menambahkan.
Saat memulai jabatannya sebagai perdana menteri Inggris pada Rabu (24/7), Johnson pamer kekuatan kepada EU dengan menyatakan ia akan merundingkan kesepakatan baru.
Johnson juga mengancam bahwa, jika kelompok negara-negara Eropa itu menolak, ia tetap akan menarik Inggris keluar dari EU pada 31 Oktober walaupun tanpa kesepakatan.
Salah satu aspek utama yang menjadi perselisihan antara Inggris dan EU menyangkut syarat-syarat Brexit adalah soal backstop Irlandia, yaitu ketentuan perbatasan Inggris-Irlandia.
Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar mengatakan pekan ini bahwa tidak akan ada perjanjian penarikan ataupun kesepakatan perdagangan lebih lanjut dengan Inggris jika negara itu tidak mau menerima posisi Irlandia pasca-Brexit.
Backstop adalah kebijakan yang akan menjamin bahwa Inggris untuk sementara waktu tetap berada dalam sistem bea cukai yang sama dengan EU, sambil menunggu ada penyelesaian yang lebih baik. Kebijakan itu dianggap perlu untuk mencegah pemeriksaan ketat di perbatasan antara Irlandia dan Irlandia Utara.
Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker pekan ini mengatakan kepada Johnson bahwa kesepakatan Brexit yang sudah disepakati oleh pendahulunya, Theresa May, pada November 2018 adalah kesepakatan terbaik dan satu-satunya dengan Uni Eropa.
Sumber: Reuters
Pewarta: Tia Mutiasari
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019