Saat ini sudah 10-15 unit pesawat yang dilakukan perpanjangan masa sewa. Dengan memperpanjang masa sewa pesawat juga mendukung upaya Garuda untuk mengurangi utang jangka pendek.
Maskapai Garuda Indonesia melakukan berbagai upaya efisiensi biaya untuk membukukan laba, di antaranya dengan memperpanjang jangka waktu sewa pesawat dan mengurangi utilisasi atau ketergunaan pesawat.
“Kami melakukan efisiensi biaya. Dalam struktur biaya Garuda 30 persen sewa pesawat, 30 persen bahan bakar dan 30 persen perawatan pesawat. Untuk sewa pesawat. Kami perpanjang sewa pesawat yang empat sampai lima tahun lagi jatuh tempo,” kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Fuad Rizal dalam konferensi pers public expose kinerja keuangan Triwulan 1 2019 di Tangerang, Banten, Jumat.
Fuad mengatakan dengan memperpanjang masa sewa pesawat, pihaknya dapat menghemat biaya 25-30 persen. “Saat ini kami negosiasi perpanjang masa seqw pesawat dengan ICBC leasing dapat pengurangan 25-30 persen,” katanya.
Dia menyebutkan saat ini sudah 10-15 unit pesawat yang dilakukan perpanjangan masa sewa. Dengan memperpanjang masa sewa pesawat juga mendukung upaya Garuda untuk mengurangi utang jangka pendek.
“Perusahaan berencana mengurangi porsi utang jangka pendek dengan ‘reprofiling balance sheet’ utang jangka panjang lebih besar dari utang jangka pendek karena lebih menarik investor,” katanya.
Baca juga: Garuda bukukan laba bersih Rp274 miliar pada triwulan I 2019
Selain itu, Fuad juga mengurangi utilisasi pesawat karena dapat menghemat pengeluaran bahan bakar hingga lima persen di triwulan 1 2019.
“Biaya bahan bakar walau dari Januari terjadi kenaikan 20 persen, tapi bahan bakar kita optimalkan produktivitas. Kami tidak lagi menggeber utilisasi pesawat tapi disesuaikan dengan permintaan di jam-jam sibuk,,” katanya.
Dia menuturkan di sejumlah rute sepi, pihaknya mengurangi frekuensi penerbangan dan upaya tersebut efektif dalam menekan pengeluaran dari sisi bahan bakar.
“Di jam kurang ramai kita kurangi (frekuensi), sehingga volume bahan bakar yang keluar lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya,” katanya.
Namun, Fuad menambahkan untuk rute-rute padat frekuensi penerbangan masih dipertahankan dan tidak dikurangi.
“Optimalisasi etidak pukul rata tidak mengurangi semua rute, rute-rute gemuk dan sibuk masih melayani. Kami sebagai perusahaan publik semaksimal mungkin harus untung. Langkah utama mengurangi frekuensi masih rugi juga tidak menutup kemungkinan, tetapi lebih menguntungkan buat Garuda, domestik maupun internasional,” katanya.
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk membukukan laba bersih sebesar 19,7 dolar AS atau setara dengan Rp274 miliar pada triwulan I 2019 setelah penyajian ulang (restatement) sehubungan dengan hasil putusan Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) agar laporan keuangan Garuda Indonesia 2018 (“LKT 2018”) yang mana perlu disajikan ulang (restatement), serta menindaklanjuti putusan Bursa Efek Indonesia (BEI) agar laporan keuangan Q1 2019 (“LK Triwulan 1”) Garuda Indonesia juga disajikan ulang.
Sejalan dengan penyajian ulang laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia terus menunjukan peningkatan kinerja dengan berhasil mencatatkan pertumbuhan positif pada Triwulan 1-2019 di mana Perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar 19,73 juta dolar AS meningkat dibanding periode sebelumnya yang merugi 64,27 juta dolar AS.
Baca juga: Garuda digugat Rp100 karena TV pesawat rusak
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019