Direktur Utama PJT II Jatiluhur U. Saefudin Noer di Purwakarta, Jumat (26/7), mengatakan bahwa pengelolaan pasokan air menjadi krusial saat musim kemarau, apalagi pada tahun ini diprediksi akan terjadi kemarau panjang.
"Di bawah pengelolaan Jasa Tirta II, air akan dapat teraliri walaupun dalam kondisi kekeringan," katanya.
Untuk lahan pertanian di Kabupaten Karawang, Subang, dan sebagian barat Indramayu menjadi prioritas untuk mitigasi antisipasi kekeringan dengan menjaga pompa, kebersihan bendungan, bendung, dan saluran.
Baca juga: PJT II: Kualitas air Waduk Jatiluhur menurun
Pengaturan air dari Indramayu sampai Cirebon belum dapat dilakukan karena sumber air dari Waduk Jatigede belum termasuk dalam pengelolaan Jasa Tirta II.
Pada musim kemarau seperti saat ini, pihaknya menerapkan piket pengaturan jadwal pemberian air atau gilir giring air ke areal sawah. Hal itu untuk menjaga pasokan air irigasi agar bisa digunakan petani pada musim kemarau.
"Ketersediaan air di saluran irigasi akan selalu dimonitor petugas pintu air," katanya.
Sebagai mitigasi kekeringan ekstrem yang berpotensi terjadi, sejauh ini Jasa Tirta II terus menata pengelolaan pasokan air Sungai Citarum dan fungsi Waduk Jatiluhur sebagai sumber air bagi masyarakat Jawa Barat bagian utara dan DKI Jakarta.
Sejak berdiri pada tahun 1967, Jasa Tirta II hanya memiliki kewenangan di dua wilayah sungai pada sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta dari 128 wilayah sungai di Indonesia.
Baca juga: Per 8 Juni, KA Walahar dan Jatiluhur tak berhenti di Stasiun Kemayoran
Sekitar 90 persen air waduk mengairi irigasi di Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten/Kota Bekasi. Selebihnya untuk air baku industri dan air minum di Jawa Barat dan sebagian DKI Jakarta.
Pewarta: M.Ali Khumaini
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019