Ketua Walhi Sumsel, Hairul Sobri di Palembang, Sabtu mengatakan bahwa burung-burung asal Siberia Australia tersebut setiap akhir tahun datang ke TN Berbak-Sembilang mencari pasokan ikan yang berkurang di daerah asalnya karena pengaruh musim dingin.
"Sementara saat ini ekosistem ikan di TN Sembilang posisinya terancam berkurang oleh perubahan bentang alam dampak aktifitas pembangunan KEK Tanjung Api-api," ujar Hairul.
Baca juga: Pemkab pelihara kawasan TN Sembilang demi status cagar biosfer
TN Berbak-Sembilang seluas 202 ribu hektare lebih, menurutnya terdiri dari hamparan vegetasi hutan mangrove, rawa belakang, hutan rawa air tawar, dan hutan rawa gambut, lokasi KEK Tanjung Api-api berdampingan langsung dengan TN tersebut.
Selain itu TN Berbak Sembilang sudah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2018 karena menjadi habitat Harimau Sumatera, Lumba-lumba air tawar dan berbagai spesies langka yang dilindungi serta terancam punah, sehingga perlu kebijakan serius untuk menjaganya.
"Jika memang pemerintah ingin menjaga lingkungan maka hentikan pembangunan KEK Tanjung Api-Api termasuk pelabuhannya, jangan ada kebijakan dua sisi apalagi motif-motif pengembangan ekonomi," pungkas Hairul
Walhi Sumsel menganggap karakteristik wilayah tersebut tidak cocok dijadikan pelabuhan dan kawasan industri, terdapat ekosistem tempat ribuan nelayan menggantungkan hidup dari hasil tangkapan ikan yang akan terganggu dampak pembangunannya jika terealisasi.
Sejauh ini, kata dia, sudah ada alih fungsi hutan dan kerusakan hutan mangrove di lokasi KEK TAA, akibatnya pemukiman warga kerap dilanda banjir lebih tinggi dari tiga tahun sebelumnya.
"Selain burung-burung Siberia, 38.000 jiwa di sana juga akan terdampak jika pengembangan KEK TAA ini diteruskan," demikian Hairul.
Baca juga: Pemerintah bidik pengembangan KEK di Jawa dengan kriteria khususBaca juga: Puluhan investor berminat berinvestasi di KEK Bitung
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019