• Beranda
  • Berita
  • BNPT bekali pelajar Manado pengetahuan bahaya radikalisme

BNPT bekali pelajar Manado pengetahuan bahaya radikalisme

27 Juli 2019 17:19 WIB
BNPT bekali pelajar Manado pengetahuan bahaya radikalisme
Nursadrina Dhania, yang bersama keluarganya pernah terkena bujuk rayu ISIS pindah ke Suriah, tampil sebagai narasumber dalam kegiatan Duta Damai Goes to School di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu. (Istimewa)
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui kegiatan Duta Damai Goes to School membekali pelajar di Manado, Sulawesi Utara, pengetahuan tentang bahaya radikalisme dan cara penyebarannya, Sabtu.

Sebanyak 160 pelajar SMA dan sederajat kota Manado mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh Duta Damai Dunia Maya Sulawesi Utara tersebut.

Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamli, dikutip dari siaran pers, mengatakan kegiatan itu untuk memberikan kekebalan kepada pelajar agar mereka tidak terpengaruh paham negatif tersebut, terutama melalui aktivitas di dunia maya.

"Ini imunisasi secara spiritual," kata Hamli seraya berharap setelah mengikuti program ini para pelajar tersebut juga bisa menularkan pengetahuannya kepada kawan dan keluarganya, baik melalui dunia maya maupun nyata.

Dalam kesempatan itu Hamli memaparkan bahwa penyebaran radikalisme juga memanfaatkan dunia maya atau internet. Selain indoktrinasi ideologi, kelompok radikal juga kerap menggunakan berita bohong untuk menarik simpati sekaligus emosi.

Untuk itu, ia berpesan agar para pelajar membekali diri dengan memperkuat pengetahuan dan intelektual sehingga tak mudah terpengaruh berita bohong dan propaganda kelompok radikal.

Nursadrina Dhania, yang bersama keluarganya pernah terkena bujuk rayu ISIS pindah ke Suriah, juga tampil sebagai narasumber dalam kegiatan itu.

Shania menuturkan betapa janji ISIS tentang kehidupan yang berlandaskan syariat Islam bohong belaka. Di Suriah, ia justru menderita dan melihat kekejaman dan kebiadaban ISIS.

"Beruntung saya dan keluarga berhasil keluar dari sana. Saya berterima kasih kepada pemerintah Indonesia sehingga kami akhirnya bisa pulang ke Indonesia meski harus membayar mahal keputusan kami pergi ke Suriah," papar Dhania.

Dhania mengaku terpengaruh ideologi ISIS melalui media sosial saat masih kelas 2 SMA. Secara sosial ekonomi, keluarganya tergolong mampu. Bahkan sang ayah, Joko Wiwoho, adalah pejabat di Otorita Batam.

"Jangan sampai kawan-kawan muda termakan propaganda ISIS di media sosial seperti saya. Lebih baik kalau tidak tahu, bertanya kepada yang lebih tahu, juga harus bisa melakukan saring sebelum 'sharing' konten-konten di media sosial," kata Dhania.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019