Menteri Pariwisata Arief Yahya mengemukakan bahwa parade kostum etnik modern yang dikemas dalam ajang Banyuwangi Ethno Carnival telah ditetapkan sebagai Top 10 Wonderful Event di Indonesia.Tahun ini keren sekali, dan saya bangga kepada warga Banyuwangi, setiap tahun terus meningkat kualitasnya
"Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) dipilih sebagai Top 10 Wonderful Event di Indonesia, karena kualitasnya. Dalam setiap perhelatan, ajang ini memang mampu menyajikan kemeriahan, dan bahkan dihadiri wisatawan mancanegara," kata Arief Yahya dalam sambutannya saat membuka BEC 2019 di Taman Blambangan Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu.
BEC 2019 mengangkat tema "The Kingdom of Blambangan", yang mengisahkan tentang kejayaan Kerajaan Blambangan pada masanya. Tema tersebut dibagi lagi dalam sepuluh subtema yang sarat makna historis tentang kejayaan kerajaan yang menjadi cikal bakal Kabupaten Banyuwangi itu.
Selain Menpar, Banyuwangi Ethno Carnival 2019 juga dihadiri Wakil Ketua DPD RI Akhmad Muqowam serta sepuluh kepala daerah dari berbagai wilayah di Nusantara.
"Tahun ini keren sekali, dan saya bangga kepada warga Banyuwangi, setiap tahun terus meningkat kualitasnya," ujar Arief Yahya.
Baca juga: Tepat, pariwisata dijadikan sektor unggulan oleh Banyuwangi
Arief menjelaskan, BEC bisa masuk top 10 atraksi wisata nasional, karena Banyuwangi telah memegang prinsip 3C, yakni "creative value", "commercial value" dan "CEO commitment".
"Kreatif itu bisa dilihat dari kemasan kegiatannya, mulai koreografer, desainer kostumnya hingga musik pengiringnya. Tiga hal ini menentukan kualitas suatu atraksi," ujarnya.
Suatu daerah yang bergerak maju, lanjut dia, pasti dipimpin kepala daerah yang berfikir maju, dan Arief menyatakan bahwa dirinya tahu betul Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas turun langsung untuk merancang kegiatan-kegiatan di daerahnya.
"Banyuwangi bahkan berhasil menyabet penghargaan tertinggi sektor pariwisata dalam ajang Indonesia Attractiveness Award, mengalahkan kabupaten lain di Indonesia. Sekali lagi selamat kepada Banyuwangi," kata Arief Yahya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, BEC bukan sekadar sebuah kegiatan atraksi pariwisata. Ajang ini, katanya, merupakan cara daerah untuk terus menghidupkan tradisi dan budaya lokal lewat cara yang dimengerti oleh dunia.
Baca juga: Jokowi kisahkan perjalanan hidupnya di hadapan anak muda Banyuwangi
"Karnaval ini juga etalase kreativitas anak-anak muda Banyuwangi untuk berkiprah di level yang lebih luas tanpa meninggalkan jati dirinya sebagai anak daerah. Inilah yang membedakan kami dengan lainnya, meskipun ditampilkan dalam kemasan modern, namun nuansa etnik sangat kental," kata Anas.
Dari sisi komersial, kata Anas, pariwisata berhasil menjadi pengungkit ekonomi daerah, dan perdapatan per kapita rakyat Banyuwangi meningkat menjadi Rp48 juta pada Tahun 2018, dari Rp20 juta pada Tahun 2010.
Anas menjelaskan bahwa setiap tahun BEC menampilkan tema yang berbeda, namun tetap berakar pada budaya lokal.
Hal itulah, kata bupati, yang membedakan BEC dengan karnaval lainnya di Indonesia. Dan tema-tema ini lalu diterjemahkan dalam kostum yang diperagakan para talent.
"Secara tidak langsung, semua peserta dan penonton akan belajar sejarah dan filosofi tradisi lokal Banyuwangi yang kita angkat setiap tahunnya. Kami mengajarkan sejarah dengan cara kreatif," tutur Bupati Banyuwangi dua periode itu.
Dalam pantauan, ribuan penonton memadati jalur yang dilalui para talent, dan bahkan wisatawan domestik dan mancanegara menjadi saksi kemegahan parade kostum yang telah sembilan tahun diselenggarakan di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
Namun demikian, tak sedikit warga berusaha masuk ke jalur yang dilalui talent meskipun telah ada pagar pembatas penonton, sehingga menggangu berlangsungnya ajang tahunan ini.
Baca juga: Menpar: Banyuwangi jadi percontohan penerbangan umum untuk pariwisata
Baca juga: Banyuwangi tawarkan atraksi "Barong Ider" saat libur Lebaran
Pewarta: Masuki M. Astro/Novi Husdinarianto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2019