"Kita awalnya bikin sendok dan garpu aja sih sekarang udah berkembang sampai piring, macam-macam lah, sesuai permintaan, kebanyakan dari kayu jati, ada juga kayu mahoni terus kayu Sawo itu yang dipakai, pesanan juga naik yang awalnya cuma 100 unit, sekarang bisa sampai 800 atau bahkan lebih," kata I Nyoman Subawa, pengelola sekaligus pengrajin Kayu, Klungkung, Minggu.
Ia mengatakan untuk kayu jati didatangkan dari Pulau Jawa, sedangkan kayu Sawo berasal dari lokal di Bali. Selain itu, Nyoman Subawa juga menyediakan stok kayu setiap bulannya sekitar 30 hingga 50 kubik kayu jati dan 10 - 15 kubik kayu sawo. Pembelian untuk kayu jati sekitar Rp7 Juta dan untuk kayu Sawo seharga Rp3 Juta.
Pihaknya mengaku untuk saat ini pemesanan alat - alat dapur berbahan kayu ini mengalami peningkatan, namun kapasitas produksinya tersedia dalam jumlah terbatas. Dalam satu hari, Nyoman Subawa bersama 50 orang pengrajin lainnya menghasilkan 6-800 pcs sendok, sedangkan untuk alat lainnya dikerjakan sesuai dengan pesanan.
"Sekarang ini pemesanan meningkat namun kapasitas produksinya kita masih kurang, dalam satu hari kalau sendok saja sekitar 6 - 800 pcs dan masing - masing sendok di hargai rata - rata Rp10.000 sampai Rp25.000 tergantung besar kecilnya," jelas Nyoman.
Selain itu, apabila Nyoman mendapat pesanan melebihi jumlah kapasitasnya maka, akan dikerjakan dengan penambahan waktu yang cukup lama. Pengrajin dari alat dapur berbahan kayu ini, dikerjakan sebanyak 50 pengrajin, dan sekitar 70% perempuan yang berasal dari warga setempat.
Pesanan tidak hanya berasal dari domestik melainkan hingga mancanegara, dengan jumlah pemesanan didominasi berasal dri Jepang. Pemesanan juga meningkat dari artshop - artshop setempat dengan pasaran harga yang sama ketika dijual kepada pihak luar negeri.
Selain alat - alat dapur, pihaknya juga mengerjakan kerajinan berupa frame foto, tempat tisu, dan juga tempat wine, sesuai dengan permintaan pasar.
"Selama ada permintaan kita siap untuk mengerjakan, jadi kalau kita berkreasi rasanya akan kalah dengan penjualan nantinya, jadi apa yang pasar minta kita siap melayani," ujarnya.
Dalam pembuatannya, melalui empat proses, yaitu dari pengumpulan bahan baku, yang akan di potong sesuai dengan ukuran panjang sendok. Setelah melalui pemotongan yang sesuai dengan Mal, maka selanjutnya akan dilakukan pengamplasan.
Seusai melakukan proses pengamplasan yang sesuai dengan mal, maka selanjutnya dilakukan penghalusan yang dominan dari sentuhan tangan. Pada proses ketiga ini, produk yang hampir tuntas wajib untuk di gosok secara halus dengan tangan.
"Setelah melalui tiga proses, maka yang terakhir adalah penyelesaian akhir, berupa ada yang di cat, dan ada yang di wax, kalau di cat, kita sendiri sudah menggunakan cat yang sudah memiliki sertifikat untuk makanan, jadi aman, begitu juga sama untuk yang di wax," jelas Nyoman.
Setelah melalui empat proses tersebut, untuk selanjutnya produk dikemas sesuai jumlah pesanan, dan siap dilakukan pengiriman seusai dengan tujuan.
Agar penggunaan dari alat - alat dapur berbahan kayu ini menjadi awet, makanya pihaknya mnegimbau agar sendok dan garpu yang sering dipakai tidak diletakkan pada tempat yang basah.
"Jadi kalau sering dipakai, segera bersihkan dan jangan ditaruh di tempat yang basah gitu aja, jadi habis pakai langsung dicuci atau di lap dan dikeringkan di tempat yang ngga lembab, pasti awet," katanya.
Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019