Meskipun rasio wirausaha di Indonesia sudah melampaui standar internasional, yakni sebesar 2 persen, namun masih perlu terus digenjot lagi
Kementerian Perindustrian berupaya melahirkan usaha rintisan atau ‘startup’ sektor kerajinan dan batuk melalui ‘Innovating Jogja’, yakni kompetisi untuk IKM yang digelar di pusat pertumbuhan sektor tersebut.
“Guna melahirkan wirausaha baru, Kemenperin menyelenggarakan Innovating Jogja yang telah dilaksanakan sejak 2016,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ngakan Timur Antara lewat keterangannya di Jakarta, Senin.
Ngakan menyebutkan, Indonesia membutuhkan sedikitnya empat juta wirausaha baru untuk turut menguatkan struktur perekonomian nasional saat ini. Pasalnya rasio wirausaha di dalam negeri masih sekitar 3,1 persen dari total populasi penduduk.
“Meskipun rasio wirausaha di Indonesia sudah melampaui standar internasional, yakni sebesar 2 persen, namun masih perlu terus digenjot lagi untuk mengejar capaian negara tetangga,” ungkapnya.
Apabila dihitung dengan populasi penduduk Indonesia sekitar 260 juta jiwa, jumlah wirausaha nasional mencapai 8,06 juta jiwa.
Ngakan optimistis, gelaran kegiatan Innovating Jogja mampu menghasilkan startup kerajinan dan batik di Yogyakarta yang produktif, inovatif, dan kompetitif.
Hal ini lantaran mereka dapat menggunakan fungsi alih teknologi dan inkubasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang diciptakan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta sebagai salah satu balai di bawah BPPI Kemenperin.
“Innovating Jogja juga sebagai upaya untuk merebut peluang dari adanya momentum bonus demografi yang akan dinikmati oleh Indonesia,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, kesiapan kita memasuki era industri 4.0, sesuai penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0, yang membutuhkan banyak wirausaha muda sekaligus SDM industri yang kompeten dan melek teknologi.
Menurut data Kemenperin, industri batik turut mendorong pertumbuhan gemilang di sektor industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan I tahun 2019, yang mencatatkan posisi tertinggi dengan capaian 18,98 persen.
Kinerja ini melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07 persen di periode yang sama. Selain itu, ekspor batik Nusantara tercatat senilai 52,44 juta dolar AS pada 2018.
Kemenperin membidik nilai ekspor batik nasional dapat meningkat hingga 6-8 persen pada tahun 2019.
Industri batik juga menjadi salah satu sektor yang banyak membuka lapangan pekerjaan, dengan didominasi oleh IKM yang tersebar di 101 sentra. Jumlah tenaga kerja di sektor industri batik sebanyak 212 ribu orang.
Kemenperin juga mencatat, nilai ekspor dari produk kriya nasional pada Januari-November 2018 mampu mencapai 823 juta dolar AS, naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 820 juta dolar AS.
Industri kerajinan di Indonesia jumlahnya cukup banyak, yaitu lebih dari 700 ribu unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,32 juta orang.
Baca juga: Kemenperin gencar cetak "start-up" sektor kerajinan dan batik
Baca juga: Produk kecantikan start up Indonesia tembus pasar Uni Eropa
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019