"Kita juga mengurangi penggunaan kemasan plastik. Tahun ini kita ganti penggunaan kemasan yang ramah lingkungan seperti besek bambu, keranjang, daun jati, daun pisang atau sejenisnya," kata Direktur Mobilisasi ZIS Dompet Dhuafa Yuli Pujihardi dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan penggunaan bahan alam itu memicu pendayagunaan tenaga padat karya seperti pengrajin bambu dan daun pisang. Secara langsung atau tidak akan turut membantu perekonomian masyarakat.
"Mereka perajin daun pisang, bambu dan lain-lain akan terangkat secara ekonomi sehingga siklus ekonomi bisa berkutat tidak hanya di peternak tetapi juga kepada masyarakat seperti buruh pembuat bungkus alami seperti besek bambu dan sejenisnya," kata dia.
Yuli mengatakan penggunaan kantung plastik untuk membungkus daging kurban jamak dipakai karena kepraktisannya. Akan tetapi, kantung plastik berdampak negatif pada kualitas daging dan lingkungan.
Proses terurai kantung plastik di lingkungan, kata dia, tergolong lama yang mengancam ekologi. "Waktu itu kami mencoba mencari sesuatu yang berbeda, plastik sudah biasa dan rentan menjadi limbah, kertas nasipun dilapisi plastik, coba dengan kertas koran, ternyata menempel di daging dan saat dicuci susah lepas dari daging."
Kemudian, lanjut dia, Dompet Dhuafa melihat besek dari bambu sebagai pembungkus yang lebih baik karena ramah lingkungan dan harga yang relatif terjangkau.
"Tahun lalu kami lakukan hal itu untuk 50 ekor hewan kurban yang dibagi ke masyarakat Zona Madina, Parung. Antusias masyarakat dan perangkat desa mengapresiasi terhadap proses kurban tanpa adanya sampah plastik dalam kurban saat itu," katanya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019