“Anak remaja dan mahasiswa jadi sasaran karena dua faktor. Pertama, mereka mudah dibujuk rayu, kedua mereka adalah calon konsumen jangka panjang,” kata Devie ketika dihubungi di Jakarta, Selasa.
Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2017, pekerja aktif dan pelajar merupakan dua kalangan yang menjadi target utama pengedaran narkoba. Sebanyak 59 persen pekerja Indonesia dan 24 persen pelajar merupakan penyalahguna narkoba tertinggi.
Sedangkan DKI Jakarta menjadi provinsi dengan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba tertinggi di Indonesia.
Baca juga: Rasa penasaran jadi faktor utama mahasiswa konsumsi narkoba
Baca juga: BNNP DKI: Narkoba jaringan kampus bukan modus baru
Devie menjelaskan kampus merupakan tempat yang berisi banyak calon pengguna, apalagi para pengedar juga membutuhkan pengguna jangka panjang.
Untuk mencegah hal tersebut, Devie berpendapat bahwa dunia pendidikan membutuhkan tambahan kapasitas untuk membantu aparat mengurangi pengaruh narkoba di kalangan pelajar dan mahasiswa.
“Memang diperlukan peningkatan kapasitas civitas akademika kampus agar semakin kuat menahan serangan penetrasi barang haram tersebut,” ungkapnya.
Para pelajar mengakui menyalahgunakan narkoba karena rasa penasaran hingga pelarian masalah yang dialaminya.
“Namanya orang penasaran dan masih muda banget ya jadinya semua dicoba,” kata GP, yang merupakan mahasiswa universitas swasta di Jakarta yang pernah mencoba narkoba jenis mariyuana.
Sementara pengguna lainnya, TA mengaku menggunakan narkoba karena masalah pribadi.
“Pelarian dari masalah pribadi, saat itu gue kira gue bisa lupain masalah gue. Taunya malah jadi paranoid,” kata TA.
Baca juga: Unas: Razia perangi narkoba di kampus jadi syok terapi
Baca juga: Pusaran narkoba di lingkungan kampus ibu kota
Pengedaran narkoba di kawasan kampus ini bukan merupakan hal baru seperti diungkapkan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DKI Jakarta.
“Sebenarnya kalau baru banget juga tidak karena sebelumnya sempat ada berita juga. Tapi namanya kejahatan setiap saat terus meningkat, berubah dan ada trennya,” kaya Kepala Bidang Rehabilitasi BNNP DKI Jakarta, Wahyu Wulandari.
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019