"Tentunya penyaluran investasi tersebut terserap di Indonesia," kata Direktur Humas Traveloka, Sufintri Rahayu, kepada ANTARA di Jakarta melalui pesan singkat, Selasa malam, menyusul pernyataan Thomas tentang empat startup unicorn Indonesia yang diklaim milik Singapura.
Traveloka, sebagai salah satu perusahaan rintisan (startup) yang menyandang status unicorn, menegaskan investasi hasil penggalangan dana (fundraising) digunakan untuk mengembangkan perusahaan.
Mereka juga menyatakan diri sebagai startup asal Indonesia.
"Investasi dari fundraising kami tentunya disalurkan untuk pengembangan perusahaan Traveloka, sebagai perusahaan rintisan asal Indonesia," kata Sufintri.
Baca juga: Thomas Lembong beberkan mengapa 4 unicorn Indonesia diklaim Singapura
Travoleka juga menyatakan kantor pusat mereka berlokasi di kawasan Slipi, Jakarta Barat dengan komposisi 80 persen karyawan berada di Indonesia.
Pada awal 2019, Traveloka membuka kantor di India yang digunakan sebagai pusat penelitian dan pengembangan.
Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyatakan empat unicorn Indonesia diakui Singapura, berdasarkan riset Google dan Temasek. Pernyataan itu muncul karena para unicorn mendapatkan pendanaan lewat Singapura dan induk perusahaan terdapat di sana.
Menurut Tom, terdapat kebingungan karena para unicorn kerap mengumumkan soal investasi dan pendanaan. Namun, nilainya tidak masuk dalam arus modal perusahaan yang tercatat di Indonesia.
Investasi yang diumumkan tersebut masuk dalam bentuk investasi ke induk unicorn di Singapura kemudian masuk ke Indonesia dalam bentuk pembayaran langsung seperti ke sejumlah vendor perusahaan iklan atau sewa kantor.
Baca juga: Peneliti: Pemberlakuan pajak digital bakal pengaruhi unicorn Indonesia
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019