"Masalah kita sebenarnya adalah standarisasi. Bahwa ini hasil riset kemudian dilemparkan ke pasar maka harus terstandar," kata Ophirtus kepada wartawan di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Rabu.
Selain pengembangan produk hasil riset dan inovasi yang sesuai dengan standarisasi yang berlaku di pasar, diperlukan penyederhanaan regulasi untuk memudahkan produk untuk masuk dan diminati pasar. "Regulasi ini yang kemudian harus ditata harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu menyulitkan," ujarnya.
Hasil riset dan inovasi diharapkan mampu menjawab ketersediaan produk dalam negeri sehingga mengurangi ketergantungan produk luar.
Untuk hilirisasi hasil riset dalam menopang ketersediaan produk dalam negeri yang dibutuhkan masyarakat Indonesia, maka perlu ada sinergi antara berbagai pemangku kepentingan termasuk peneliti yang menghasilkan inovasi atau temuan, industri yang memakai hasil riset, pemerintah yang mengatur regulasi dan masyarakat sebagai konsumen.
"Yang diperlukan adalah bagaimana membangun sinergi, itu yang saya pikir menjadi masalah kita karena ada kepentingan-kepentingan sekat-sekat birokrasi yang susah dihilangkan," tuturnya.
Dia juga mengatakan perlunya sinergi yang kuat antara kementerian dan lembaga untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produk dalam negeri sehingga bersifat berkelanjutan di pasar.*
Baca juga: Kemenperin fasilitasi IKM terapkan standar kemasan dan merek demi daya saing
Baca juga: Standar keamanan produk perluas ekspor mamin
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019