• Beranda
  • Berita
  • Delegasi Jepang belajar mitigasi bencana gunung api ke Sleman

Delegasi Jepang belajar mitigasi bencana gunung api ke Sleman

31 Juli 2019 17:58 WIB
Delegasi Jepang belajar mitigasi bencana gunung api ke Sleman
Delegasi dari Kota Kagoshima Jepang saat mengunjungi Museum Gunungapi Merapi (MGM) Kabupaten Sleman.

ini merupakan kesempatan bagi kami untuk menggali informasi dan bertukar pengalaman dari Kota Kagoshima yang memiliki teknologi pencegahan dan sistem peringatan dini yang cukup maju

Delegasi Kota Kagoshima Jepang, kembali mengunjungi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk bertukar pengalaman terkait mitigasi bencana gunung api yang berada di Kota Kagoshima dan Kabupaten Sleman.

"Dalam perjalanan ke sini saya melihat Gunung Merapi terlihat sangat dekat sekali, masyarakat pasti waswas. Kesiapsiagaan yang dibutuhkan pasti banyak sekali," kata Kepala Seksi Manajemen Krisis Kota Kagoshima, Takashi Kofuku di Sleman, Rabu.

Delegasi Kota Kagoshima tersebut terdiri dari Kepala Seksi Manajemen Krisis Kota Kagoshima Takashi Kofuku, Staf Seksi Manajemen Krisi Kagoshima Takahiro Kambayashi, Direktur Jenderal Organisasi Mitigasi Bencana Gunungapi Kenji Niihora seta didampingi Direktur Pusat Riset Gunungapi Sakurajima Prof Masato Iguchi.

"Kota Kagoshima ini merupakan Ibu kota prefektur yang terletak di ujung Pulau Kyushu di Kepulauan Jepang. Di kota ini juga terdapat salah satu gunung api teraktif di dunia yaitu Gunung Sakurajima yang hanya berjarak empat kilometer dari Kota Kagoshima," katanya.

Selama berada di Kabupaten Sleman, para delegasi Kota Kagoshima ini mengunjungi sejumlah tempat yaitu mengunjungi Museum Gunungapi Merapi (MGM) dan melakukan dialog bersama relawan pencegahan bencana di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan.

Takashi Kofuku mengatakan Gunung Sakurajima yang hanya berjarak empat kilometer dari Kota Kagoshima, dipisahkan oleh Teluk Kinko.

"Gunung Sakurajima juga merupakan salah satu gunung api teraktif di dunia, yang pernah mencatat 1.000 letusan dalam setahun," katanya.

Selain berdialog, delegasi Kota Kagoshima di Dusun Kinahrejo juga disuguhi simulasi penanganan korban bencana oleh relawan Desa Tanggap Bencana (Destana) Umbulharjo yang didampingi oleh Kepala BPBD Kabupaten Sleman Joko Suprianto.

Kunjungan delegasi Kota Kagoshima di Kabupaten Sleman diakhiri dengan berdialog dan tukar pendapat dengan jajaran Pejabat Pemerintah Kabupaten Sleman beserta staf pemangku kepentingan mitigasi dan penanganan bencana.

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun berkesempatan menerima langsung kunjungan delegasi Kota Kagoshima di Ruang Praja I Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman.

Dalam kesempatan tersebut, Takashi Kofuku menyampaikan surat yang dituliskan Wali Kota Kagoshima untuk Bupati Sleman yaitu ucapan terima kasih atas penerimaan kunjungan tim Kota Kagashima di Kabupaten Sleman.

Lebih lanjut, dirinya menyampaikan bahwa berkaitan dengan penandatanganan memorandum pada Oktober 2017 terkait dengan pertukaran promosi mengenai pencegahan bencana kegunungapian, pihaknya sangat mengharapkan untuk memperdalam persahabatan Kota Kagoshima dengan Kabupaten Sleman.

"Kami telah mengembangkan berbagai macam tindakan pencegahan bencana kegunungapian dengan hidup berdampingan dengan gunung aktif Sakurajima selama lebih dari 60 tahun. Ketika kami datang berkunjung, kami ingin menggunakan Program Kerjasama JICA (Japan International Cooperation Agency) dalam memberikan informasi tersebut kepada Anda," kata Takashi saat membacakan surat Wali Kota Kagoshima.

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun yang berkesempatan menerima kunjungan tersebut menyampaikan bahwa secara geografis, Kagoshima dan Sleman yang memiliki cukup banyak kesamaan terkait potensi bencana yang mungkin terjadi.

"Kerja sama ini merupakan kesempatan bagi kami untuk menggali informasi dan bertukar pengalaman dari Kota Kagoshima yang memiliki teknologi pencegahan dan sistem peringatan dini yang cukup maju sehingga dapat meminimalisir korban jiwa maupun material ketika terjadi bencana," katanya.

Menurut Sri Muslimatun, sebagai daerah yang berada di lereng gunung berapi, Sleman merupakan salah satu laboratorium bencana karena memiliki sejumlah risiko bencana seperti diantaranya erupsi gunung berapi, angin topan, tanah longsor dan kekeringan.

"Menyikapi hal tersebut, kami menyadari bahwa disamping upaya penanggulangan, kami perlu melaksanakan upaya pencegahan bencana serta membangun budaya sadar bencana untuk membangun kesiapsiagaan saat terjadi bencana," katanya.

Ia mengatakan, Pemkab Sleman secara berkelanjutan membangun budaya sadar bencana dengan pelaksanaan gladi lapang penanggulangan bencana, wajib latih bagi kelompok masyarakat dan pelatihan mitigasi bencana.

"Hingga Juni 2019 telah terbentuk 48 desa siaga bencana dan 63 satuan pendidikan yang telah dinyatakan sebagai sekolah siaga bencana," katanya.

Baca juga: BPBD Jawa Tengah gelar simulasi penanganan dampak erupsi Merapi
Baca juga: 12 barak pengungsian Merapi belum terjangkau penerangan jalan
Baca juga: Desa-desa di lereng Merapi siapkan mitigasi bencana

 

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019