• Beranda
  • Berita
  • Guru Besar UI: Bukan cadangan migas yang habis melainkan ide

Guru Besar UI: Bukan cadangan migas yang habis melainkan ide

31 Juli 2019 18:20 WIB
Guru Besar UI: Bukan cadangan migas yang habis melainkan ide
Guru Besar Tetap Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) Abdul Haris menyampaikan pidato pengukuhan guru besar di Jakarta, Rabu (31/7/2019).  (ANTARA/Ade Irma Junida)

Bukan minyak yang habis, tapi yang habis adalah ide kita. Sama halnya kalau kekurangan duit bukan duitnya yang tidak ada tapi ide kita yang tidak ada untuk mencari

Guru Besar Bidang Ilmu Geofisika Universitas Indonesia Abdul Haris menyebut bukannya cadangan migas yang saat ini habis sehingga produksinya menurun, melainkan ide untuk melakukan eksplorasinya yang kurang berkembang.

Dalam pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Geofisika Fakultas Matematika dan IPA UI di Kampus UI Depok, Rabu, Haris bercerita saat dirinya ditanya mengenai pilihannya pada peminatan geofisika setelah dua tahun kuliah di Departemen Fisika FMIPA UI yaitu sekitar tahun 1990.

"Kenapa memilih geofisika padahal migas akan habis dalam 10 tahun ke depan, artinya geofisika tidak memberikan prospek masa depan. Ternyata hingga saat ini, minyak masih ada. Bukan minyak yang habis, tapi yang habis adalah ide kita. Sama halnya kalau kekurangan duit bukan duitnya yang tidak ada tapi ide kita yang tidak ada untuk mencari," katanya diiringi gelak tawa.

Menurut Haris, teknologi saat ini memungkinkan untuk mengembangkan inovasi dan teknologi untuk mendukung kegiatan eksplorasi migas. Ditambah lagi cadangan migas nasional yang masih cukup banyak.

"Teknologi sekarang memungkinkan kita mencari inovasi yang bisa membangkitkan minyak yang tersimpan. Karena pada dasarnya minyak yang tersimpan itu masih lebih dari 50an persen. Secara ‘recovery factor’ (yang telah dieksploitasi) itu hanya 30 persen," katanya.

Secara rinci, ada 60 cekungan migas di Indonesia, di mana 22 cekungan diantaranya belum dibor, 13 cekungan telah dibor tapi belum ada penemuan, 8 cekungan dengan penemuan tapi belum berproduksi dan 16 cekungan produksi.

Oleh karena itu, ahli eksplorasi seismik dituntut untuk membuka paradigma baru eksplorasi migas sebagai upaya menjawab tantangan langsung dari skenario ekonomi yang sulit dan pengembangan eksplorasi wilayah baru dengan memperhitungkan risiko yang tinggi.

"Industri migas perlu melakukan inovasi untuk menghasilkan teknologi yang efektif dan efisien dalam menilai prospektivitas lapangan migas melalui pendekatan baru eksplorasi seismik. Pengembangan ke depan juga perlu difokuskan pada pendekatan kecerdasan buatan untuk mendesain metode seismik dalam penggambaran sebaran reservoir migas," katanya.

Baca juga: Guru Besar UI sebut inovasi jadi tantangan produksi migas nasional
Baca juga: Harapan legislator terkait kebijakan eksplorasi migas


 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019