"Terkait dengan kekeringan, bersama BNPB, BMKG, kemudian Mabes TNI dan 'stakeholder' (pemangku kepentingan) lainnya sedang menyiapkan rencana Teknologi Modifikasi Cuaca untuk penanggulangan bencana kekeringan. Kita akan lakukan Teknologi Modifikasi Cuaca dengan pusat di Halim Perdana Kusuma sedang kita koordinasikan, lalu ini diharapkan mampu menjangkau seluruh wilayah Pulau Jawa, Bali dan Nusa tenggara," kata Seto kepada wartawan di Gednung BPPT, Jakarta, Rabu.
Dia menuturkan rencananya posko tersebut akan diluncurkan pada 2 Agustus 2019 di kawasan Bandara Halim Perdana Kusuma. "Selain di Halim, juga ada posko-posko lain misalnya di Jawa Timur, Kupang dan seterusnya, ini sedang kita koordinasikan bersama," ujarnya.
Puncak kemarau diprediksi akan terjadi pada Agustus-September 2019. Untuk mengurangi dampak kemarau ini, maka BPPT sekarang fokus kepada teknologi modifikasi cuaca sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas pada 15 Juli 2019. "BPPT sudah melakukan operasi hujan buatan atau TMC di Provinsi Riau dan kita sudah cukup berhasil menekan jumlah titik panas (hotspot) dan menekan terjadinya kebakaran hutan secara signifikan," ujarnya.
Untuk modifikasi cuaca secara umum terutama untuk penanggulangan kekeringan menggunakan metode hujan buatan untuk menghujankan wilayah-wilayah yang membutuhkan air hujan, terutama di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
"Hujan buatan yang sudah dilakukan di Riau dan berhasil secara signifikan untuk menekan terjadinya peningkatan titik panas, juga mengurangi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Hasilnya sangat baik. Harapan kami tentu saja TMC ke depan ini memberikan hasil yang positif terhadap upaya-upaya menanggulangi bencana kekeringan," ujarnya.*
Baca juga: BPPT: Hujan buatan di Jawa-Bali tunggu potensi awan
Baca juga: BNPB siapkan hujan buatan untuk atasi kekeringan
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019