"Ini merupakan kejahatan lingkungan. Kami prihatin beberapa kasus gajah yang terkena jerat hingga berujung dengan kematian satwa dilindungi tersebut," ujar H Hasballah HM Thaib, di Idi, ibu kota Kabupaten Aceh Timur.
Kasus terakhir, ujar Bupati, ada tiga ekor gajah, satu anak gajah dan dua induk terjerat di daerah pedalaman. Kondisi ini membuat citra kurang baik untuk Aceh Timur, baik nasional maupun internasional.
Kesannya, seolah-olah Pemerintah Kabupaten Aceh Timur membiarkan kejahatan tersebut berlangsung. Padahal, berdasarkan informasi, pelaku dari daerah lain, katanya pula.
"Gajah mati akibat konflik dan perburuan di Aceh Timur berkisar enam hingga 10 ekor gajah. Untuk tahun ini belum terdeteksi adanya kematian gajah, kecuali tiga ekor gajah yang terjerat ini," kata H Hasballah HM Thaib.
Baca juga: 11 ekor gajah mati di Aceh selama 2018
Selain itu, Bupati meminta perusahaan listrik negara menertibkan aliran listrik di sejumlah kawasan perkebunan, dan lahan pertanian. Selama ini, aliran listrik kerap digunakan di pagar kebun.
"Akibatnya, ada gajah mati tersengat listrik. Bukan hanya gajah, beberapa warga Aceh Timur meninggal dunia setelah tersengat pagar dialiri arus listrik," kata Bupati.
H Hasballah HM Thaib menegaskan, meskipun tidak berwewenang penuh dalam perlindungan gajah, Pemerintah Kabupaten Aceh Timur terus berupaya menyelamatkan habitat gajah serta mengurangi konflik gajah dengan manusia. "Seperti kerja sama kami dengan Forum Konservasi Leuser, membangun 24 kilometer barrier gajah berupa parit besar di sejumlah kecamatan. Ini untuk menghindari kawanan gajah masuk permukiman penduduk," kata H Hasballah HM Thaib.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Aceh Timur menetapkan lahan konservasi gajah seluas 5.000 hektare di Kecamatan Serbajadi serta membangun Conservation Response Unit (CRU) Serbajadi bersumber dana dari APBK Aceh Timur.
Selain gajah, ada juga satwa terancam punah di Kabupaten Aceh Timur. Kami terus berupaya melindunginya dari perburuan karena satwa-satwa dilindungi tersebut merupakan kekayaan hayati Aceh Timur," kata H Hasballah HM Thaib.
Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019