"Berdasarkan Buletin Analisis dan Prakiraan Hujan Bulanan Edisi Bulan Agustus 2019 yang dikeluarkan BMKG Stasiun Klimatologi Semarang, sifat hujan pada bulan Agustus di hampir semua wilayah Jawa Tengah masuk kriteria di bawah normal meskipun ada sebagian kecil yang mencapai kisaran 31-50 persen dan 51-84 persen. Artinya, bulan Agustus masih masuk musim kemarau," katanya di Cilacap, Kamis.
Kendati demikian, dia mengatakan sifat hujan di beberapa wilayah Jateng selatan khususnya sebagian kecil Kabupaten Cilacap, Banyumas, dan Banjarnegara serta sebagian kecil Semarang diprakirakan normal atau 85-115 persen.
Sementara untuk prakiraan curah hujan bulan Agustus, kata dia, curah hujan di sebagian besar wilayah Jateng diprakirakan berkisar 0-20 milimeter atau masuk kategori rendah.
"Namun curah hujan di beberapa wilayah Jateng selatan maupun pegunungan tengah Jateng seperti sebagian kecil Kabupaten Cilacap, sebagian kecil Banyumas, sebagian kecil Kebumen, sebagian besar Purbalingga, sebagian besar Banjarnegara, sebagian kecil Wonosobo, dan sebagian kecil Temanggung diprakirakan berkisar 21-50 milimeter meskipun masih termasuk kategori rendah," katanya.
Disinggung mengenai kondisi cuaca di wilayah perairan selatan Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Teguh mengatakan gelombang tinggi masih berpotensi terjadi pada bulan Agustus karena masih berada pada musim angin timuran.
Bahkan, kata dia, tinggi gelombang di perairan selatan Jateng-DIY dan Samudra Hindia selatan Jateng-DIY pada tanggal 1-3 Agustus 2019 diprakirakan berkisar 2,5-4 meter karena adanya pola sirkulasi di Selat Makassar bagian utara dan pola angin di wilayah utara ekuator umumnya dari tenggara hingga barat daya dengan kecepatan 4-30 knot, sedangkan di wilayah selatan ekuator umumnya dari timur hingga tenggara dengan kecepatan 4-30 knot.
"Oleh karena itu, kami mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku hingga tanggal 3 Agustus 2019 dan akan diperbarui jika ada perkembangan lebih lanjut," katanya.
Terkait dengan hal itu, dia mengimbau semua pihak yang melakukan aktivitas di laut untuk memperhatikan risiko angin kencang dan gelombang tinggi terhadap keselamatan pelayaran, yakni nelayan tradisional yang menggunakan perahu berukuran kecil agar mewaspadai angin dengan kecepatan di atas 15 knot dan tinggi gelombang lebih dari 1,25 meter.
"Jika memungkinkan, nelayan diimbau untuk tidak melaut terlebih dahulu karena tinggi gelombang lebih dari 1,25 meter sangat berbahaya bagi kapal berukuran kecil," katanya.
Selain itu, operator tongkang diimbau agar mewaspadai angin dengan kecepatan lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter. Kapal feri diminta waspada kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter dan kapal ukuran besar seperti kapal kargo atau pesiar waspada kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter.
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir, sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi serta wilayah pelayaran padat, agar tetap selalu waspada. Kami akan terus memantau perkembangan gelombang tinggi tersebut dan akan segera menginformasikannya kepada masyarakat jika ada perkembangan lebih lanjut," katanya.
Baca juga: BMKG: cuaca jalur selatan Jateng cerah berawan
Baca juga: BMKG: Jateng selatan segera masuki masa pancaroba
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019